Minggu, 7 September 2025

Bloomberg: UE Perlu Rp15.000 Triliun untuk Gantikan Kapabilitas Militer AS di Eropa

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi militer AS di Eropa. Foto: Army. Mil

Perusahaan pengolah data keuangan internasional Bloomberg, melaporkan bahwa biaya bagi Eropa untuk menggantikan kapabilitas militer Amerika Serikat (AS) di wilayah Uni Eropa (UE) diperkirakan mencapai 1 triliun dolar AS atau setara Rp15.000 triliun.

Mengutip International Institute for Strategic Studies (IISS), Bloomberg menyoroti masih adanya celah serius dalam kemampuan pertahanan Eropa, meski negara-negara anggota UE berharap Donald Trump Presiden AS memberikan “jaminan keamanan konkret” bagi Ukraina.

“Eropa memiliki kekurangan kritis dalam intelijen dan pengawasan berbasis satelit, serta sistem pertahanan udara dan rudal terintegrasi. Dua area inilah yang diharapkan bisa ditutupi melalui bantuan AS,” tulis Bloomberg yang dilansir kantor berita Sputnik, Minggu (7/9/2025).

Selain itu, AS diketahui menyediakan sebagian besar data intelijen, pengawasan, dan pengintaian NATO, termasuk yang diperoleh dari satelit mata-mata. Menggantikan kemampuan tersebut diperkirakan akan menelan biaya sekitar 4,8 miliar dolar AS atau Rp72 triliun.

Dalam KTT NATO di Den Haag pada Juni lalu, negara-negara anggota menyepakati target belanja pertahanan sebesar 5 persen dari PDB setiap tahun hingga 2035.

Terkait hal ini, Trump menyebut kesepakatan itu sebagai “sukses besar” karena seluruh anggota juga menegaskan kembali komitmen terhadap Pasal 5 Piagam NATO yang mengatur prinsip pertahanan bersama.

Di sisi lain, negara-negara anggota Uni Eropa telah menyetujui pembentukan skema kredit SAFE pada Mei lalu untuk menghimpun dana 150 miliar euro atau sekitar Rp2.475 triliun demi meningkatkan produksi senjata.

Brussels juga menyiapkan anggaran sebesar 650 miliar euro atau Rp10.725 triliun dari pos belanja negara anggota, dengan imbalan pengecualian sementara dari aturan defisit anggaran Uni Eropa.

Pada 19 Maret, Komisi Eropa meluncurkan strategi baru bertajuk “Rearming Europe”, yang kemudian diubah menjadi nama lebih lunak “Readiness 2030” setelah menuai protes sejumlah anggota. Rencana itu menargetkan penggalangan dana sekitar 800 miliar euro atau Rp13.200 triliun dalam empat tahun.

Respons Rusia

Rusia berulang kali menyuarakan kekhawatiran atas meningkatnya aktivitas NATO di perbatasan baratnya, yang menurut NATO ditujukan untuk “menghalangi agresi Rusia”.

Kementerian Luar Negeri Rusia menegaskan Moskow tetap terbuka untuk berdialog dengan NATO secara setara, tetapi Barat diminta meninggalkan jalur politik yang dianggap terlalu militeristik. (bil/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kebakaran Gedung Ex-Bioskop Jalan Mayjen Sungkono

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Surabaya
Minggu, 7 September 2025
33o
Kurs