Rabu, 26 Maret 2025

Kemenkes Imbau Masyarakat untuk Waspadai Penyebaran DBD di Musim Hujan

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Peluncuran acara “Langkah Bersama Cegah DBD” yang merupakan bagian dari kampanye #Ayo3MPlusVaksinDBD sebagai wujud kemitraan antara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bersama PT Takeda Innovative Medicines, yang diselenggarakan di Mal Central Park Jakarta, Sabtu (15/2/2025). Foto: Antara

Ina Agustina Isturini Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes), mengimbau masyarakat untuk mewaspadai penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di musim hujan melalui upaya-upaya pencegahan.

“Dengue tetap menjadi ancaman kesehatan yang nyata bagi masyarakat Indonesia, mengungkapkan bahwa kasus dengue terjadi sepanjang tahun dan cenderung meningkat pada musim hujan,” kata Ina dalam acara “Langkah Bersama Cegah DBD” di Jakarta, Sabtu (15/2/2025).

Ina Agustina menyampaikan kasus yang diakibatkan oleh nyamuk Aedes Aegypti tersebut tidak hanya menjadi masalah kesehatan, tetapi juga berdampak pada produktivitas masyarakat serta membebani sistem layanan kesehatan.

Melansir Antara, diketahui dari awal Januari hingga 3 Februari 2025 tercatat sebanyak 6.050 kasus dengan 28 kematian, yang tersebar di 235 kabupaten/kota di 23 provinsi.

Ia menjelaskan, pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengendalikan penyebaran penyakit dengue dengan berbagai program di antaranya program pengendalian vektor, Gerakan 3M Plus, serta Gerakan satu Rumah satu Jumantik yang terus diperkuat dengan edukasi berkelanjutan.

Selain itu, pemerintah telah menetapkan Strategi Nasional Penanganan Dengue 2021-2025 yang menekankan sinergi lintas sektor antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk memperluas jangkauan edukasi dan pencegahan.

Ina Agustina juga menegaskan bahwa untuk melawan dengue tidak cukup hanya dengan satu pendekatan. Pemerintah telah mengadopsi strategi berbasis inovasi, termasuk implementasi nyamuk ber-Wolbachia di beberapa daerah seperti Yogyakarta, Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Bontang, dan Kupang, serta vaksinasi sebagai langkah perlindungan tambahan.

“Upaya ini perlu didukung oleh peran aktif masyarakat, salah satunya dengan menerapkan 3M Plus yaitu menguras, menutup, mendaur ulang, dan mencegah gigitan nyamuk,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, I Gusti Ayu Nyoman Partiwi Dokter Spesialis Penyakit Anak menyoroti potensi peningkatan kasus dengue, terutama pada musim hujan.

Berdasarkan data, sebanyak 47 persen kasus dengue terjadi pada anak-anak dan remaja, di mana kelompok usia 1 hingga 14 tahun memiliki angka kematian tertinggi, yaitu 45 persen pada anak usia 5-14 tahun dan 21 persen pada anak usia 1-4 tahun.

“Pencegahan menjadi kunci utama, dan vaksinasi dapat menjadi langkah perlindungan tambahan,” kata Ayu.

Ayu mengatakan, dengue pada anak sering kali diawali dengan gejala demam tinggi, nyeri kepala, nyeri otot, bintik merah di kulit, muntah, dan sakit perut.

Ia menyebut, jika terlambat ditangani maka dapat berlanjut ke syok dengue yang berisiko fatal.

Namun demikian, ia menambahkan bahwa vaksinasi dengue tidak tercakup dalam program BPJS, melainkan dalam Program Imunisasi Nasional yang menargetkan anak-anak.

“Untuk itu, langkah pencegahan dini sangat penting, dan masyarakat diimbau untuk tidak menunggu hingga terlambat dalam menangani penyakit ini,” ujar Ayu Nyoman. (ant/nis/bil/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Belakang Suroboyo Bus

Kebakaran Tempat Laundry di Simo Tambaan

Kecelakaan Mobil Listrik Masuk ke Sungai

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Surabaya
Rabu, 26 Maret 2025
29o
Kurs