
Tim SAR Gabungan masih terus memaksimalkan upaya pencarian korban tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali pada Rabu (2/7/2025). Namun di tengah operasi itu ada simpang siur data korban yang tak terdata dalam manifes.
Pada hari keempat operasi pencarian, Minggu (6/7/2025), suarasurabaya.net kembali menjumpai salah satu orangtua korban yang mengaku anaknya tidak ada di dalam data manifes.
Erna warga Banyuwangi mengaku anaknya bernama Daniar (21) tahun merupakan salah satu penumpang KMP Tunu Pratama Jaya yang karam di Selat Bali. Korban menggunakan jasa travel saat naik ke kapal tersebut.
Erna baru mendapat kabar bahwa putranya menjadi korban tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya pada Kamis (3/7/2025) pagi. Ia pun langsung bergegas menuju ke Pelabuhan Ketapang.
Namun setibanya di sana, ia tidak melihat nama Daniar di papan posko terpadu.
“Anak saya penumpang, namanya Daniar, (nama anak saya) enggak ada dalam data manifes,” ujarnya.
Meski tidak ada di dalam data manifes, Erna tetap bersabar menunggu di posko ruang tunggu lantai 2 Pelabuhan Ketapang untuk menanti kabar terbaru dari Tim SAR.
Perempuan paruh baya itu berharap masih bisa menjumpai anaknya dalam keadaan selamat.
“Semoga anak saya selamat, saya akan di sini sampai ketemu,” ungkapnya.
Sebelumnya, hal serupa juga dialami Yatini juga warga Banyuwangi yang mengaku suaminya Fauzi Bin Awam tak masuk dalam daftar manifes.
Saat ditemui suarasurabaya.net pada Kamis (3/7/2025) lalu, Yatini mengaku suaminya ikut dalam travel. Sedangkan yang tercatat di daftar manifes hanya sopir travel tersebut saja.
“Yang tercatat (manifes) hanya nama sopirnya, suami saya tidak ada. Tapi sopirnya sampai sekarang juga belum ketemu,” tuturnya.
Sementara itu Posko Terpadu Penanganan Kecelakaan KMP Tunu Pratama Jaya membuka aduan laporan soal orang hilang. Keluarga korban bisa melapor ke posko apabila kerabatnya tidak ada di dalam daftar manifes.
Hingga Minggu (6/7/2025) dari unsur Jasa Raharja menerima laporan kehilangan dari keluarga korban sebanyak 37 orang. Namun data tersebut bukan total keseluruhan laporan, sebab di posko ada pihak Polda Jatim, ASDP, dan Jasa Raharja yang juga menerima laporan kehilangan keluarga.
Di sisi lain Brigjen Pol dr. Nyoman Eddy Purnama Wirawan Karodokpol Pusdokkes Polri menjelaskan, posko tersebut dibuat untuk identifikasi data korban apabila ada yang ditemukan di luar data manifes.
“Tapi belum tentu yang melapor itu (korban tenggelam) harus diwaspadai. Nanti akan ditentukan melalui hasil pemeriksaan,” ungkapnya.
Oleh sebab itu, Nyoman mengimbau kepada keluarga yang ingin melapor ke posko harus membawa identitas korban yang tersenyum terlihat gigi dan hafal persis ciri-cirinya.
“Yang melapor sebaiknya yang ngerti ciri-cirinya yang dilaporkan hilang. Misalkan fisik rambutnya, hidungnya khas enggak, pakai tato atau bekas luka misalkan,” ungkapnya.
“Kemudian untuk foto (korban) kalau bisa yang kelihatan giginya saat tersenyum, itu menjadi bahan kami untuk mencocokkan,” pungkasnya. (wld/saf/ham)