Sabtu, 2 Agustus 2025

Unesa Pastikan Siswa Sekolah Rakyat Terpantau 24 Jam dan Terlibat Kegiatan Positif

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Kiri ke kanan: Yusuf Masruh Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Mia Santi Dewi, Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya, dan Martadi Wakil Rektor 1 Universitas Negeri Surabaya saat mengisi program Semanggi Suroboyo, Jumat (1/8/2025). Foto: Billy suarasurabaya.net

Universitas Negeri Surabaya (Unesa) memastikan ada strategi khusus untuk memastikan para siswa Sekolah Rakyat tingkat SMA di sana tidak terlibat kegiatan diluar batas dan negatif.

Dr. Martadi Wakil Rektor 1 Unesa mengakui, bahwa pengelolaan anak-anak usia remaja di asrama bukan perkara mudah. Karenanya, Unesa sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi yang mengajukan diri sebagai lokasi Sekolah Rakyat berbasis asrama sudah menyiapkan beberapa kegiatan untuk para siswa tersebut.

“Ya, jadi satu, mulai penempatan anak berdasarkan jenis kelamin saja kita sudah pertimbangkan dari awal, sehingga ada ruang yang mempermudahkan untuk melakukan pengawasan,” ujar Martadi dalam program Semanggi Suroboyo Radio Suara Surabaya yang membahas Sekolah Rakyat, Jumat (1/8/2025).

Martadi menjelaskan, pengawasan juga dilakukan selama 24 jam oleh para guru pendamping sesuai gender. Di blok perempuan, ada guru perempuan yang mendampingi. Begitu pula di blok laki-laki. Selain itu, ruang interaksi bersama juga selalu dalam pantauan.

Tapi yang menjadi fokus utama Unesa, kata Martadi, adalah menyalurkan energi anak-anak tersebut ke hal-hal positif agar tidak terjerumus ke perilaku negatif.

“Anak-anak ini kan biasanya energinya berlebih. Nah, kalau itu tidak tersalurkan maka akan berpotensi pada hal-hal yang negatif. Maka kemudian kita membuat program-program agar anak-anak ini energinya tersalurkan pada hal-hal yang positif, apa itu dalam bentuk kegiatan berkesenian, olahraga,” jelasnya.

Ia menambahkan, kurikulum kehidupan di asrama dirancang terjadwal sejak bangun tidur hingga tidur kembali. Termasuk kegiatan spiritual, ibadah, kajian Subuh, makan bersama dengan penguatan etika, sekolah formal, hingga pembinaan mental dan belajar malam.

“Jadi itu semua terpantau dan terjadwal. Misalnya bangun salat Subuh bersama bagi yang muslim, itu wajib. Mereka harus sudah bangun tepat waktu, kemudian salat bersama. Setelah itu ada waktu untuk mereka kajian subuh, kemudian makan bersama. Di makan bersama itu pun ada manner, diajarkan bagaimana makan tuh bukan sembarang makan, tetapi bagaimana mereka bersyukur, lalu berbagi dengan teman, kemudian bertanggung jawab membersihkan tempat makannya dan sebagainya,” terangnya.

Unesa, kata dia, juga menetapkan lima aspek kecerdasan sebagai capaian pembinaan anak-anak Sekolah Rakyat. Hal ini sesuai arahan dari Kementerian Sosial sebagai penggagas utama program.

Ada beberapa aspek kecerdasan yang ingin dibangun kepada siswa, yakni kecerdasan intelektual, kecerdasan emosionalnya, hingga kecerdasan spiritualnya.

“Nah sekarang yang menarik juga digital equation, karena hari ini adalah era digital. Mereka harus aware dengan teknologi. Dan yang terakhir adalah DQ-nya, NQ-nya, Indonesia Equation. Kecerdasan tentang keindonesiaan,” terang Martadi.

Ia menilai, memperkuat identitas kebangsaan sangat penting agar para siswa tidak menjadi generasi yang tercerabut dari akar budaya.

“Karena apa? Anak-anak ini kan suatu saat akan hidup di era yang antarnegara sudah begitu cair. Sehingga kalau mereka tidak dikuatkan nilai-nilai kebangsaannya, khawatirnya mereka akan menjadi generasi yang floating. Yang hidup di Indonesia, makan di Indonesia, minum air di Indonesia, tapi disuruh cerita tentang keindonesiaan, dia tidak sadar,” pungkas Martadi. (bil/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Kecelakaan Truk Tabrak Gardu Tol di Gate Waru Utama

Surabaya
Sabtu, 2 Agustus 2025
26o
Kurs