
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan, bahwa sekurangnya ada 10.000 jenazah warga Palestina di Jalur Gaza yang masih tertimbun reruntuhan gedung-gedung yang ambruk akibat agresi Israel.
“Diperkirakan masih ada 10.000 orang yang terkubur di bawah bangunan yang ambruk,” kata Hanan Balkhi Direktur Regional WHO untuk kawasan Mediterania Timur, saat dilansir dari Antara, pas Selasa (28/5/2025).
Pihaknya juga mengungkapkan, bahwa setidaknya masih 15.000 warga Gaza yang perlu dievakuasi untuk mendapat layanan kesehatan yang mendesak.
“Saat ini sudah ada lebih dari 7.500 orang yang telah dievakuasi untuk penanganan medis,” tuturnya.
Saat ini, pihaknya meminta agar Israel mengizinkan evakuasi warga Gaza yang memerlukan pertolongan medis.
“Kami juga terus meminta dan mendorong berulang kali supaya mengizinkan masuk truk, hampir 51 truk menunggu di perbatasan untuk masuk dengan semua bentuk bantuan,” katanya.
Namun, menurut Balkhi, respons Zionis Israel terhadap berbagai desakan WHO supaya bantuan alat-alat medis dapat masuk ke wilayah kantong tersebut masih belum memuaskan.
“Komunikasi berlanjut, permohonan terus diajukan, tapi responsnya jauh dari memuaskan,” ucapnya.
Pada 16 Mei, Angkatan Bersenjata Israel (IDF) mengumumkan operasi militer baru di Gaza bernama “Gideon’s Chariots” (Kereta perang Gideon). Operasi itu, diklaim Israel bertujuan untuk sepenuhnya menghancurkan Hamas.
Benjamin Netanyahu pemimpin otoritas Zionis pada 18 Mei, mengumumkan bahwa pihaknya akan mengizinkan masuk bantuan pangan ke Gaza demi mencegah bencana kelaparan, namun dalam jumlah terbatas. Keputusan tersebut mengundang kecaman dunia.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengkonfirmasi bahwa hanya ada 9 truk bantuan yang diizinkan masuk wilayah kantong tersebut. Mereka menyebut bantuan kemanusiaan yang masuk pertama kali sejak Maret itu sekadar “setetes air di lautan”.
Pada 18 Maret, Israel kembali melancarkan serangan ke Jalur Gaza, dengan alasan gerakan perlawanan Hamas menolak rencana gencatan senjata yang diusulkan Amerika Serikat dan berakhir pada 1 Maret.
Awal bulan itu, Israel juga memutus pasokan listrik ke instalasi penyulingan air laut di Gaza dan melarang masuknya truk-truk bantuan kemanusiaan.(ant/ris/iss)