Kamis, 2 Mei 2024

Pakar: Peningkatan Literasi Jadi Solusi Agar Tragedi Kanjuruhan Tidak Terulang Lagi

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Afif Kurniawan Staf Pelatih Bidang Pengembangan Psikologi Atlet Persebaya pada 2017 hingga 2020. Foto: Humas Unair

Afif Kurniawan dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair) mengatakan, peristiwa Kanjuruhan merupakan catatan hitam bagi sepak bola Indonesia.

“Kejadian ini memberikan pukulan telak dan menjadi catatan hitam dalam industri olahraga tidak terkecuali bagi kita praktisi yang terlibat dalam industri olahraga itu sendiri,” ucapnya di Surabaya pada Selasa (11/10/2022).

Menurutnya, cara yang bisa dilakukan untuk mencegah tragedi itu agar tidak terjadi lagi yakni dengan mematuhi tata kelola penyelenggaraan pertandingan yang telah diatur oleh FIFA.

“Mari kita ikuti panduan yang sudah ditetapkan FIFA beserta dengan kesiapan setiap klub maupun daerah dalam menyiapkan infrastrukturnya,” ujarnya.

Afif juga menambahkan, stadion yang digunakan untuk pertandingan harus sesuai dengan kebutuhan serta kapasitas yang diperlukan.

“Penyelenggara harus menyadari bahwa stadion itu memiliki persyaratan yang sesuai dengan standarnya FIFA atau tidak. Jika tidak bagaimana adaptasi dan penyesuaiannya. Misal jumlah penonton yang hadir harus berapa, tidak hanya dilihat dari sisi bisnis tapi rencana evakuasi jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan seperti kericuhan atau bencana alam seperti apa. Pencegahan terjadinya penumpukan massa pada satu titik akan membantu menekan risiko yang bisa terjadi,” ucapnya.

Ia juga menyoroti bahwa peningkatan literasi turut menjadi solusi. Peningkatan literasi tidak hanya diberikan kepada suporter tapi secara menyeluruh baik penyelenggara, pengamanan, dan seluruh bagian yang memiliki peran.

“Di sisi pengelola bisnis olahraga, literasi tentang standar keselamatan penonton harus ditingkatkan. Apakah sudah disiapkan untuk rencana evakuasinya,” ucap Afif yang juga pernah menjadi staf pelatih Bidang Pengembangan Psikologi Atlet Persebaya pada 2017 hingga 2020 itu.

Peningkatan literasi bagi suporter dapat berupa aturan tentang batasan usia yang dapat masuk tribun hingga barang bawaan apa saja yang boleh dibawa masuk.

“Kalau bisa suporter ini tidak hanya ditingkatkan literasinya dan diberi edukasi saja. Kalau bisa diadakan juga simulasi jika terjadi kekacauan atau bencana alam di dalam stadion,” papar Afif.

Ia menjelaskan bahwa peristiwa itu menjadi titik balik untuk segala pihak yang terkait dalam industri olahraga, terutama sepak bola untuk berbenah diri agar menjadi lebih baik lagi.

“Saya pikir ini adalah waktu yang tepat untuk seluruh stakeholder untuk membuat satu panduan yang jelas untuk diterapkan sehingga nanti edukasi bisa mengikuti,” jelasnya.

Ia berharap, ketika peningkatan literasi telah berjalan dengan baik, tragedi di Kanjuruhan tidak akan terulang kembali.

“Suporter, penyelenggara, panitia, dan sumber daya lainnya harus ditingkatkan. Kemampuan literasi, wawasan terkait akan aturan yang berlaku dan sebagainya. Teriring doa semoga ini menjadi kejadian terakhir dan tidak ada lagi duka di sepak bola Indonesia,” tutup Afif.(rum/ris/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Kamis, 2 Mei 2024
30o
Kurs