Jumat, 26 April 2024

Peneliti BRIN Menilai Kampanye Politik Bertemu Masyarakat Langsung Masih Diperlukan di Era Digital

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Siti Zuhro Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Foto: Faiz suarasurabaya.net

Siti Zuhro Peneliti Politik Senior Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan, operasi darat atau sosialisasi secara langsung kepada masyarakat masih perlu dan relevan bagi parpol dan juga elitenya.

Walau pun sekarang media sosial dan berbagai platform digital berkembang pesat sebagai sarana penyebar informasi, publik tetap ingin bertemu langsung dengan calon anggota dewan atau calon presiden dan calon wakil presiden.

“Indonesia memasuki masa transisi menuju era digital. Artinya, belum semua masyarakat melek teknologi dan mendapat akses. Karena itu, elite partai politik sadar kalau operasi darat masih diperlukan. Jadi, pertemuan offline, langsung dengan masyarakat masih diperlukan untuk yang tidak bisa tersentuh teknologi digital lewat dunia maya,” ujarnya di Jakarta, Selasa (20/12/2022).

Peneliti bidang politik yang akrab disapa Wiwiek menambahkan, dengan pertemuan tatap muka, maka pesan yang disampaikan bisa diketahui tanggapannya secara langsung. Elite parpol bisa melihat mimik wajah, kesungguhan dari kader mereka.

“Sekaligus juga melihat mimik wajahnya, jadi semuanya, raut muka. Sekarang ini berbeda dengan dulu, mungkin karena kita terbiasa dengan model offline. Tapi, hampir tiga tahun kita melakukan diskusi secara digital, hybrid. Nah, sekarang mulai berkembang lagi secara bertemu langsung,” jelasnya.

Salah satu partai politik yang tengah membangun sosialisasi dengan metode operasi darat adalah Partai Golkar.

Lodewijk Friedrich Paulus Sekjen DPP Partai Golkar turun langsung ke daerah dalam kegiatan rekrutmen anggota Partai Golkar baru yang disebut Pasukan Operasi Darat.

Dia meminta Kader Golkar rekrutan baru bisa mengkampanyekan Airlangga Hartarto sebagai calon Presiden untuk Pemilu 2024.

Partai Golkar yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bersama PAN dan PPP, tetap berkeinginan mengajukan Airlangga Hartarto sebagai capres.

“Sampai sekarang belum ada kesepakatan dari KIB. Menurut saya koalisi masih terkesan jalan sendiri-sendiri,” sebut Wiwiek.

Kalau Golkar serius mengusung Airlangga, Siti Zuhro menyarankan seluruh cara harus dilakukan.

Sementara itu, Ujang Komarudin Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) menilai penggunaan strategi darat dan udara dalam pengenalan kandidat atau calon saling menunjang.

“Saya melihat kedua metode serangan melalui darat dan udara masih efektif,” katanya.

Akademisi dari Universitas Al-Azhar Indonesia itu juga mengungkap strategi darat bertumpu pada cara-cara konvensional seperti silaturahmi, kunjungan, mendatangi tokoh-tokoh masyarakat, membuat baliho atau pun spanduk.

Sedangkan cara udara bertumpu pada upaya kreatif di media sosial untuk bisa melakukan sosialisasi atau kampanye terkait prestasi atau keberhasilan seorang calon.

“Kedua strategi itu diharapkan secara bersamaan, beriringan untuk bisa menopang satu sama lain,” tegasnya.

Ujang melanjutkan, pemilih pada Pemilu 2024 adalah kombinasi antara pemilih lama dan muda. Bahkan, lebih banyak pemilih muda.

Oleh karena itu, dia menyarankan partai politik menyasar pemilih lama lewat cara darat. Menjangkau pedesaan dengan spanduk, baliho dan sebagainya.

Lalu, untuk menjangkau anak-anak muda milenial menggunakan media sosial.

“Saya kira parpol harus menggunakan dua metode itu. Karena saling melengkapi, baik darat mau pun udara,” imbuhnya.

Ujang menambahkan, kedua metode juga punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Metode pengenalan udara, mempunyai kelebihan seperti lebih berbiaya murah dan mudah menjangkau milenial.

Kekurangannya, tidak semua segmen terkena, karena pemilih konvensional tidak terjangkau media sosial.

Sedangkan metode darat, menghabiskan banyak energi dan logistik. Keuntungannya, publik dan masyarakat bisa lebih mengenal calon.

“Kalau darat akan menguras energi, tenaga, waktu, pikiran, lalu uang karena harus membantu masyarakat yang ditemui, harus menyumbang, membuat jalan, infrastruktur, dan lain-lain. Keuntungannya jalur darat, masyarakat langsung berinteraksi, langsung mengenali, langsung teringat. Itu lebih mengena secara politik,” pungkasnya.(rid)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 26 April 2024
26o
Kurs