Kamis, 2 Mei 2024

Menag: Jangan Jadikan Agama sebagai Alat Politik

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Yaqut Cholil Qoumas Menteri Agama pada acara Doa Bersama Untuk Bangsa Wahana Negara Raharja (WNR) yang diselenggarakan oleh Majelis Nichiren Shoshu Buddha Dharma Indonesia (MNSBDI) di Solo, Jawa Tengah, Jumat (29/9/2023). Foto: Antara

Yaqut Cholil Qoumas Menteri Agama (Menag) RI meminta agar agama tidak dijadikan sebagai alat untuk berpolitik.

“Agama jangan digunakan sebagai alat untuk merebut kekuasaan, jangan jadikan agama sebagai alat politik,” katanya di Solo saat dilansir dari Antara, pada Jumat (29/9/2023).

Apalagi ia menyebut, saat ini sudah masuk tahun politik, yang mana pada tahun depan akan terlaksana pemilu serentak.

Ia juga mengatakan bahwa pemilihan umum hanya sebuah mekanisme untuk menentukan atau mencari siapa yang memimpin bangsa.

“Ini hanya mekanisme, ini bukan peperangan, bukan sebuah pertarungan hidup mati yang harus ada korban tapi hanya sebuah mekanisme untuk menentukan siapa pemimpin yang akan menakhodai negeri besar yang bernama Indonesia ini,” ucapnya.

Oleh karena itu, ia berharap sebagai umat beragama, maka seluruh warga Indonesia harus menjaga suasana kondusif dengan menjadi agen dan aktor yang menjaga kedamaian pelaksanaan pemilu tahun depan.

“Tidak boleh kita semua ini menjadi bagian yang salah, saling memusuhi, saling menghina satu dengan yang lain, itu tidak boleh. Umat beragama seharusnya menyadari bahwa pemilu, tahun politik hanya sebuah mekanisme untuk menentukan siapa yang memimpin negara ini,” katanya.

Meskipun begitu, ia juga menyatakan bahwa dalam memilih pemimpin tidak boleh asal-asalan.

“Sebagai umat beragama kita memiliki kewajiban untuk memilih pemimpin yang tepat agar agama yang kita yakini, agama yang kita pegang erat ini bisa tetap terjaga, bisa tetap terjamin keberlangsungannya, dan terjamin umatnya melaksanakan ibadah tanpa gangguan apa pun,” katanya.

Pihaknya meminta, agar calon pemilih terlebih dahulu melihat rekam jejak calon pemimpin.

“Jangan karena bicaranya enak, mulutnya manis, mukanya ganteng itu dipilih. Jangan asal begitu, harus dilihat dulu track record-nya bagus, syukur mukanya ganteng, syukur bicaranya manis, itu dipilih,” katanya.

Ia juga meminta agar masyarakat tidak mempertaruhkan negeri ini pada orang-orang yang tidak memiliki perhatian pada masyarakat.

Agama dengan politik, kata dia, tidak dapat dipisahkan. Tetapi, ia menegaskan jika agama tidak boleh digunakan sebagai alat politik untuk memenuhi nafsu kekuasaan.

“Jangan gunakan agama untuk memenuhi keinginan merebut kekuasaan, tidak boleh karena berbeda pilihan kemudian yang beda itu dikafir-kafirkan. Kita masih ingat, ada penggunaan agama secara tidak baik dalam politik beberapa waktu yang lalu, waktu pemilihan Gubernur DKI Jakarta dan Pemilihan Presiden,” katanya.

Oleh karena itu, ia mengajak seluruh pihak untuk menjaga agama yang dipegang teguh.

“Kita jaga agar tidak digunakan sebagai alat untuk memperebutkan kekuasaan. Jangan pilih orang yang menggunakan agama untuk kepentingan politiknya,” pungkasnya.(ant/ris/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Kamis, 2 Mei 2024
26o
Kurs