Minggu, 5 Mei 2024

Cek Fakta: Mahfud Md Sebut Food Estate Gagal dan Merusak Lingkungan

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Mahfud MD calon wakil presiden RI nomor urut 3 dalam debat keempat pilpres 2024 di Jakarta Convention Centre, Jakarta, Minggu (21/1/2024). Foto: Tangkapan Layar YouTube KPU RI.

Mahfud Md Calon Wakil Presiden Nomor Urut 3 pada debat keempat yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Jakarta, Minggu (21/1/2024) menyebut proyek lumbung pangan atau Food Estate gagal dan merusak lingkungan.

“Saya tidak melihat pemerintah melakukan langkah-langkah untuk menjaga kelestarian lingkungan. Maka kami punya program petani, di laut jaya, nelayan sejahtera. Jangan seperti Food Estate yang gagal dan merusak lingkungan, yang benar saja, rugi dong kita,” kata Mahfud.

Menanggapi klaim Mahfud tersebut, Afni Regita Cahyani Muis Dosen Hubungan Internasional Universitas Darussalam Gontor yang tergabung dalam panel ahli “Live Fact Checking Debat Cawapres” menjelaskan bahwa Food Estate memang menjadi pemicu permasalahan baru terhadap terjadinya kerusakan lingkungan di Indonesia.

Hal ini didasari dari studi lapangan Greenpeace yang menyatakan adanya kondisi mengerikan di berbagai lokasi ekspansi lumbung pangan yang justru mengakibatkan kerusakan hutan, lahan gambut, dan wilayah adat di Kalimantan dan Papua.

Viktor Primana Dosen Fakultas Ilmu dan Bisnis Universitas Padjadjaran memaparkan, beberapa perkebunan pangan skala besar yang didirikan oleh pemerintah Indonesia di bawah program Food Estate telah ditinggalkan.

Investigasi lapangan pada tahun 2022 dan 2023 menemukan semak liar dan ekskavator yang ditinggalkan di lahan yang telah dibuka untuk singkong dan padi di provinsi Kalimantan Tengah.

Para aktivis mengatakan kegagalan program ini sudah terlihat sejak awal, karena kurangnya penilaian dampak yang dilakukan sebelum memilih lokasi dan membuka hutan untuk tanaman yang tidak cocok dengan tanah.

Program ini mencerminkan Mega Rice Project pada pertengahan tahun 1990-an, yang gagal meningkatkan hasil panen dan menyebabkan kerusakan luas pada lahan gambut kaya karbon.(iss)

Catatan Redaksi: Artikel ini hasil kolaborasi Aliansi Jurnalis Independen, Asosiasi Media Siber Indonesia, Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia, Cekfakta.com bersama 20 media dan 8 panel ahli di Indonesia.

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Minggu, 5 Mei 2024
24o
Kurs