Rabu, 29 Mei 2024

Pengamat: Sikap Politik Prabowo Tak Lebih dari Menaikkan Posisi Tawar

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Prabowo Subianto menghadiri peringatan Hari Buruh yang digelar oleh Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), di Tennis Indoor, Senayan, Jakarta, Rabu (1/5/2019). Foto: Istimewa

Sikap dan pernyataan politik Prabowo capres pada Hari Buruh Dunia (May Day) di Senayan, Jakarta, pada Rabu (1/5/2019), yang masih mencurigai media yang berpihak pada Jokowi, tidak lebih hanya ingin mendapat konsesi politik dari pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin.

“Prabowo itu sedang mencari-cari perhatian dan menunggu konsesi dari pemenang. Dia membutuhkan semacam cost recovery atau biaya pengganti yang pantas untuk upaya dan hasil suara yang diperoleh,” tegas Sirojuddin Abbas Direktur Program Saiful Mujani Research Consulting (SMRC), Jumat (3/5/2019).

Menurut Sirojuddin, secara substansi, Prabowo dan koalisinya sudah menerima kekalahan.

“Mereka pun rasional dan paham yang mereka lakukan saat ini tidak akan bisa mengubah kemenangan Jokowi-Ma’ruf Amin,” ujarnya.

Apalagi kata Sirojuddin, partai-partai pendukung koalisinya mulai menjauh. Sehingga Prabowo hanya mengandalkan kelompok politisi informal berbaju agama.

“Esensinya, yang sedang Prabowo dan tim dekatnya lakukan adalah menggunakan jeda waktu hingga 22 Mei untuk melakukan negosiasi,” jelasnya.

Berbagai klaim kemenangan dan upaya pengerahan massa yang dilakukan, dinilai Sirojuddin, sebenarnya hanya sebagai bentuk upaya menaikkan posisi tawar saja.

Dengan demikian, yang dibutuhkan Prabowo menurutnya adalah memastikan jaminan hubungan baik dengan Jokowi terpelihara. Meskipun kalah, Prabowo, Sandiaga dan keluarga tetap membutuhkan respect dari pemenang. Dia ingin hubungan baik dan harga dirinya dan kepentingannya tetap terlindungi.

Kedua, soal cost recovery. Prabowo dan Sandi pasti menghabiskan biaya cukup besar untuk berkompetisi di Pilpres. Tentu mereka tidak ingin yang terjadi seperti the winner takes all.

Meskipun kalah, mereka tetap memiliki basis pendukung cukup besar. Maka tidak berlebihan jika pemenang bisa membantu mereka melakukan cost recovery. Sehingga mereka tidak terlalu rugi baik secara finansial maupun sosial.

Ketiga, mereka perlu sedikit waktu untuk bisa mendinginkan mesin politiknya. Mereka masih perlu untuk menjaga basis-basis konstituennya. Oleh sebab itu, upaya cooling down harus dilakukan perlahan sambil memastikan jaminan hubungan baik dan konsesi cost recovery yang mereka perlukan terpenuhi.

Hanya saja, lanjutnya, waktu tidak berpihak ke mereka. Semakin dekat ke waktu pengumuman hasil perhitungan resmi KPU pada 22 Mei, semakin turun nilai bargaining mereka. Peluang keberhasilan gugatan di Mahkamah Konstitusi (MK) pun terlalu kecil. Karena itu, mereka tampaknya akan mengupayakan tercapainya kesepakatan sebelum pengumuman hasil akhir.

Berdasarkan pengamatan Sirojuddin, gejalanya pun sudah mulai terlihat. Salah satunya dari perubahan sikap Zulkifli Hasan dan Sandiaga Uno. Bahkan pada Kamis (2/5/2019), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sudah bicara khusus dalam pertemuan dengan Jokowi Presiden di Istana Negara.

“Jadi, secara perlahan, di belakang layar, boleh jadi ada tim khusus yang sedang bekerja ke arah yang sama,” pungkas Sirojuddin.(faz/tin/ipg)

Berita Terkait

..
Surabaya
Rabu, 29 Mei 2024
27o
Kurs