Jumat, 26 April 2024

Kenali Ciri Hubungan Toxic untuk Jaga Kesehatan Mental

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Ilustrasiu. Foto: Pixabay

Ciri utama dalam sebuah hubungan yang “toxic” adalah sering munculnya emosi negatif dari diri kita. Emosi negatif menjadi alarm bahwa kita sedang mengalami sesuatu yang tidak baik.

Menurut Rininda Mutia, Psikolog asal Universitas Indonesia mengatakan “tanda-tandanya apa? Kita lebih sering marah,nangis, dan lebih sensitif,” katanya tentang ciri emosi negatif.

Dampak yang akan kita rasakan secara signifikan adalah kesehatan mental kita. Kita tidak akan berdaya dalam menjalani hubungan tersebut, dan harapan dari hubungan itu tidak akan tercapai.

Dikutip dari Antara, Rininda menjelaskan contohnya “misal lebih banyak porsinya dia dalam memaksakan kehendak, sedangkan saya tidak berdaya dan tidak bisa melawan,” katanya.

Kondisi itu adalah ciri dari toxic relationship, dampak dari terjebaknya hubungan toxic dapat terasa hingga berkepanjangan, contoh paling populer adalah sulit melepaskan hubungan.

“Bisa jadi ia sulit melepas bukan karena sayang, namun lebih kepada kebiasaan, sehingga jika pasangannya tidak ada maka ia akan merasakan kehilangan,” tutur dia.

Untuk mengetahui apakah orang terdekat kita sedang terjebak dalam hubungan toxic, hal yang paling mudah adalah amati perilakunya, apakah ada perubahan yang drastis.

“Misalnya sahabat kita biasanya mudah untuk bertemu dan bersosialisasi dengan teman-temannya, mendadak ada yang berubah darinya soal bersosialisasi dengan orang lain,” kata dia.

Kondisi tersebut bisa dinamakan “isolasi” atau juga disebut kekerasan psikis, artinya si pelaku membuat korban/pasangannya tidak punya tempat bergantung selain dia (pelaku).

Itu yang menjadi faktor mengapa orang yang terjebak dalam hubungan toxic menjadi sulit untuk lepas dari hubungan itu.

Dalam hal ini yang bisa kita lakukan kepada korban adalah menanyakan tentang keadaannya, tawarkan diri untuk menjadi pendengar bila ada yang ingin diceritakan, dan jangan menghakimi.

Ciri lain yang bisa kita nilai adalah dengan penampilan fisik, jika penampilan sahabat kita semakin berantakan hingga adanya luka lebam disalah satu bagian tubuhnya.

Kita berhak untuk memberikan empati kepadanya dan menjadi tempat untuk dia mengutarakan emosinya, tips untuk melakukannya sama.

Jangan mudah menghakimi dan bertanya secara to the point, kita harus bisa memancingnya agar ia bercerita secara natural. Karena biasanya ia akan menutupi sifat negatif pasangannya.

Ciri hubungan toxic selanjutnya adalah terlalu banyak mengatur, mulai dari segi pertemanan, baju yang dipakai, hingga sang korban tidak memiliki hak mengatur hidupnya sendiri.

Sebab hubungan terdiri dari dua individu yang saling menyamakan persepsi dan perasaan, terjadinya dua pendapat memang wajar namun haru diselesaikan dengan negosisasi dan diskusi.

Ciri ketiga adalah isolasi, dimana korban akan dilarang bertemu dengan siapapun, kecuali dengan pasangannya sendiri. Konsep seperti ini juga sama dapat memicu ketergantungan.

Rininda menyarankan untuk kedua pasangan jika sedang mengalami toxic relationship untuk diperbaiki sebelum menuju ke jenjang pernikahan.

Hubungan yang toxic dapat diperbaiki namun harus dari kesadaran kedua belah pihak, jika hal itu tidak dapat dirubah maka hubungan ke jenjang selanjutnya akan lebih sulit lagi.

“Jangan dipikir kalau sudah menikah dia akan berubah, tidak. Kalau memang ada toxic relationship dan berpikir untuk menikah, perbaiki dulu sebelum menikah.”

Karena akan lebih mudah untuk meninggalkan pasangan yang membuat hubungan kita menjadi tidak sehat dan lebih baik mencari orang yang dapat menghargai kita. (ant/wld/iss)

 

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 26 April 2024
30o
Kurs