Senin, 29 April 2024

Bicara Soal Iklim, Bill Gates Sebut Target 1,5 Celsius Tak Lagi Bisa Dicapai

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Bill Gates. Foto: Reuters

Bill Gates menyebut dirinya seorang realis ketika bicara soal perubahan iklim, meskipun harus mengakui bahwa dunia tak mungkin lagi mencapai target pemanasan global 1,5 derajat Celsius.

Target 1,5 derajat Celsius ditetapkan negara-negara di dunia dalam Perjanjian Paris 2015 untuk membatasi suhu pemanasan global maksimal pada angka itu, yakni di atas suhu rata-rata sebelum era Revolusi Industri.

Gates mengatakan, mengingat keseluruhan skala ekonomi industri, dunia harus berusaha sangat keras untuk tetap berada di bawah 2 derajat Celsius.

“Bagaimana dengan capaian target 1,5 derajat Celsius? Tak seorang pun mau menjadi yang ‘pertama mengatakannya’, tetapi perhitungan menunjukan target itu sudah di luar jangkauan,” tuturnya dikutip Antara dari Reuters, Selasa (20/12/2022).

Terkait hal ini, Bill Gate selalu optimistis. Salah satunya yakni berkecimpung di beberapa bidang yang memajukan teknologi rendah karbon dengan dana dari Breakthrough Energy Group yang dia dirikan pada 2015.

Gates telah berinvestasi lebih dari 2 miliar dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp31,3 triliun, untuk mengembangkan teknologi iklim termasuk penangkap karbon dioksida (CO2) di udara (Direct Air Capture/DAC), energi surya, dan fisi nuklir.

TerraPower, perusahaan fisi nuklir milik Gates yang sudah berjalan 14 tahun di bawah Breakthrough, berencana menjalankan sebuah reaktor simulasi pada 2030, di mana hal-hal semacam ini perlu waktu.

Gates mengatakan, menjelang penerbitan surat tahunannya, yang merefleksikan tahun 2022 dan menjelaskan apa yang paling menarik bagi dirinya pada tahun depan.

Dia telah memberikan dana hibah senilai 20 miliar dolar AS ke Gates Foundation, yang berencana menaikkan anggaran sumbangan bagi kesehatan dan pendidikan publik dari 6 miliar menjadi 9 miliar dolar AS dalam beberapa tahun mendatang.

Dia juga memuji Warren Buffett atas kontribusinya, yang menurut Gates nilainya mencapai 45 miliar dolar AS sejak 2006, dalam bentuk saham di usaha konglomerasi milik Buffet, Berkshire Hathaway.

Namun, Breakthrough Energy, beroperasi secara terpisah dari badan amal Gates Foundation.

Dalam suratnya kepada pemegang saham, Gates juga menjelaskan bahwa masalah iklim terlalu besar untuk ditangani secara filantropi sendirian.

“Tidak ada cukup uang, jadi Anda harus memiliki inovasi. Gagasan bahwa hal itu (pencapaian target 1,5 derajat Celsius) dapat dilakukan secara membabi buta, tidaklah mungkin,” ucapnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan memerlukan investasi dan dukungan teknis untuk membuktikan gagasan rendah karbon mereka melampaui fase awal dan kemudian meningkatkan produksinya.

Namun, Gates menambahkan, semua keuntungan Breakthrough Energy dikembalikan kepada kelompoknya atau ke yayasan.

Beberapa perusahaan di bawah Breakthrough yang mengembangkan DAC, teknologi yang dirancang untuk mendorong CO2 langsung ke atmosfer, baru-baru ini mengikuti tender proyek senilai 3,5 miliar dolar AS di Amerika Serikat untuk membangun fasilitas DAC dan mendanai hibah bagi penelitian.

“Kami punya sejumlah perusahaan Direct Air Capture yang akan mengikuti tender untuk menjadi bagian dari proyek tersebut,” katanya.

Gates mengatakan bahwa Undang-Undang Pengurangan Inflasi yang disahkan baru-baru ini telah meningkatkan prospek bagi inovasi iklim.

Sebelum sektor manufaktur, industri baja dan semen telah mencapai kemajuan yang “fantastis”, Gates mengaku bahwa dua tahun lalu dia mengkhawatirkan sektor itu, di mana manufaktur menyumbang sekitar sepertiga emisi gas buang secara global.

Dengan target 1,5 derajat Celsius, Gates mengatakan bahwa tantangannya sedang bergeser ke arah bagaimana membantu masyarakat beradaptasi dengan masa depan yang lebih keras dan lebih panas.

“Selain mitigasi, yang akan tetap menjadi bagian terbesar (dari investasi Breakthrough Energy), kami juga akan mendanai pekerjaan yang terkait dengan adaptasi,” kata Gates.

Pekerjaan itu mencakup teknologi untuk membantu mengendalikan kebakaran hutan, menggunakan struktur batu karang untuk menciptakan penghalang banjir, atau mengembangkan jenis tanaman pertanian yang tahan kekeringan.(ant/rum/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Senin, 29 April 2024
Kurs