Kamis, 25 April 2024

Depresi Berlebihan Bisa Jadi Penyebab Hoarding Disorder

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi Hoarding Disorder. Foto: IStock Photo

Perilaku gemar menimbun barang yang tidak perlu dan belum jelas kegunaannya, yang selanjutnya lebih dikenal sebagai Hoarding Disorder biasanya diawali dengan depresi para penderitanya. Selain itu, gangguan Hoarding Disorder bisa terjadi kepada semua gender.

dr. Hafidz Pskiater dan Dokter Spesialis Jiwa Rumah Sakit Islam (RSI) Jemursari Surabaya, pada Radio Suara Surabaya, Minggu (24/7/2022) mengatakan, gangguan Hoarding Disorder bisa disebabkan oleh depresi yang berlebihan, dan bahkan bisa sampai mengalami delusi. Namun, ada juga penderita yang mengumpulkan benda-benda tersebut hanya karena sekedar suka saja.

Hoarding Disorder sejatinya merupakan gangguan obsesif kompulsif yang bisa menyerang baik pria maupun wanita. Penderita biasanya akan cenderung kesulitan untuk mengambil keputusan, sehingga yang kerap kali terjadi adalah banyak barang yang ditimbun di kediamannya.

“Yang ditimbun itu biasanya plastik dan kertas, tidak ditata rapi dan dikumpulkan sampai menggunung di sudut ruangan. Kadang si penderita gangguan Hoarding Disorder ini berpikir kalau benda-benda tersebut itu suatu saat pasti akan berguna, namun cenderung dibiarkan begitu saja sampai jadi sampah,” jelasnya.

dr. Hafidz juga menegaskan jika penderita gangguan Hoarding Disorder berbeda dengan kolektor. Biasanya, kolektor mengumpulkan barang yang memiliki nilai saja, serta selalu melakukan perawatan atau maintenance pada koleksinya. Selain itu, kolektor juga memiliki tempat khusus untuk barang-barang koleksinya.

“Beda dengan Hoarding Disorder yang cuma numpuk barangnya saja dan ditaruh berserakan di sudut-sudut rumah, entah berguna atau hanya sampah. Mereka juga kesulitan menentukan mana barang yang memang dibutuhkan dan mana yang tidak,” paparnya.

Selain itu, kata dia, gangguan Hoarding Disorder seringkali terjadi karena si penderita memiliki trauma pada masa lalunya, dan sulit untuk berkomunikasi atau meminta saran pada orang lain.

Psikiater RSI itu juga menjelaskan, agar terhindar dari gangguan Hoarding Disorder, ada baiknya kalau kita belajar untuk merelakan barang yang sekiranya sudah mulai kehilangan kegunaan. Adapula cara lain, yakni dengan memberikan barang berlebih pada orang lain yang lebih membutuhkan.

Kalau merasakan gejala gangguan Hoarding Disorder, bisa langsung berkomunikasi dan bercerita dengan orang terdekat, maupun ke psikolog terdekat. “Self awarenes boleh dan langsung ke psikiater, tapi jangan biasakan sampai self diagnose terus diam saja,” ucap dr. Hafidz.

“Sebenarnya kalau kita meyakini dan merasa yakin dengan apa yang kita butuhkan, itu bisa sangat membantu kita untuk memilih dan memilah kebutuhan. Tapi kalau tidak bisa memilih, kita bisa belajar minta bantuan dari orang terdekat kita,” imbuhnya.(bil/dfn)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Kamis, 25 April 2024
26o
Kurs