Kamis, 25 April 2024

Mengenali Tahap Penanganan Post Trauma pada Korban Tragedi Kanjuruhan

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Rangkaian lilin berbentuk tulisan RIP (Rest In Peace) yang dirangkai para Bonek Mania untuk melepas kepergian seluruh korban meninggal dalam tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang, yang digelar di Tugu Pahlawan, Senin (3/10/2022). Foto: Redhita suarasurabaya.net

Duka menyelimuti rakyat Indonesia pasca-peristiwa di Stadion Kanjuruhan. Tidak hanya menyebabkan ratusan korban berjatuhan, tragedi ini juga menyisakan duka mendalam. Banyak yang kehilangan orang yang tersayang dan mengalami Post Trauma Stress Disorder (PTSD).

Atika Dian Ariana S.Psi M.Sc pakar Psikologi dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya menekankan bahwa tidak semua orang yang berada di lokasi kejadian mengalami PTSD. Meskipun mereka melihat kejadian tersebut secara langsung hingga kehilangan orang terdekatnya.

Menurutnya, PTSD merupakan gangguan stress pascatrauma akan situasi yang menegangkan, menakutkan dan mengancam. PTSD dapat terjadi jika korban mengalami gejala yang menetap dan semakin parah setelah peristiwa itu terjadi.

“Pada fase 1 bulan memasuki fase gangguan stress akut, kemudian fase 2-3 bulan memasuki gangguan penyesuaian, dan memasuki fase 6 bulan jika gejala yang dialami semakin parah baru dilakukan asesmen untuk dapat dikatakan Post Trauma Stress Disorder,” jelas Atika dalam keterangan tertulis yang diterima suarasurabaya.net, Sabtu (15/10/2022).

Hal yang dirasakan oleh orang yang mengalami PTSD yaitu menilai kapasitas dirinya tidak sepadan dengan situasi yang dihadapi, dan cenderung merasa tidak mampu menangani tekanan yang dialami.

Bahkan kondisi seseorang yang mengalami PTSD juga akan mudah terganggu akan hal-hal kecil yang tidak berkaitan dengan peristiwa traumatis yang pernah ia alami.

“Contohnya, korban yang berada di Stadion Kanjuruhan melihat rerumputan hijau dan apabila korban tersebut mengalami PTSD bertemu rerumputan hijau di taman akan menimbulkan trigger,” imbuhnya.

Perubahan emosi juga dialami oleh orang yang mengalami PTSD cenderung murung,menarik diri dari lingkungan sekitar, dan numbness. Jika hal tersebut dialami, maka orang tersebut membutuhkan psikofarmakologi atau penanganan secara medis.

Peran orang sekitar, lanjutnya, sangat diperlukan untuk mencegah PTSD semakin parah dengan mendampingi, menjadi pendengar yang baik, dan disarankan untuk berolahraga.

“Survivor yang ingin cepat pulih dapat melakukan coping mechanism dan jangan merasa sendiri serta it’s okay to asking help,” imbaunya.(dfn/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Kamis, 25 April 2024
27o
Kurs