Selasa, 6 Mei 2025

Cara Aman Tunda Haid dengan Obat Hormon untuk Jemaah Haji

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Ilustrasi kalender haid. Foto : Pixaby

Dr Cepi Teguh Pramayadi dokter spesialis obstetri dan ginekologi dari Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) menyampaikan sejumlah kiat mengelola dalam menunda haid dengan obat hormon bagi jemaah calon haji perempuan.

“Supaya ibadahnya lancar, tidak terganggu oleh haid. Jadi yang perlu kita ketahui adalah kapan waktu tepat untuk meminum atau mengonsumsi obatnya,” kata Cepi, Senin (5/5/2025).

Ia menyampaikan terdapat mekanisme untuk selama ibadah tidak haid, biasanya yang umum dilakukan adalah menundanya dengan mengonsumsi obat hormon.

“Obat itu isinya hormon progesteron, tujuannya adalah membuat fase yang mustinya menstruasi jadi berubah fasenya sehingga tidak menstruasi atau ketunda haidnya,” ujarnya, dilansir Antara.

Waktu yang tepat mengonsumsi obat hormon itu, Cepi mengatakan biasanya 14 hari sebelum datang haid berikutnya, atau pada hari ke-14 dari siklus menstruasi hari pertama. Untuk melihat hari atau menandai siklus haid bisa melalui aplikasi.

Ia mencontohkan “Misalkan seseorang nanti menstruasi berikutnya pada tanggal 30 Mei. Berarti minum obatnya dikurangin 14 hari dari tanggal 30. Jadi, mesti minum obatnya mulai dari tanggal 16 Mei,” jelasnya.

Dalam mengonsumsi obat tersebut, kata Cepi diminum sehari dua kali sampai selesai ibadahnya. Hal ini lantaran kalau masih ibadah namun obatnya berhenti dikonsumsi, besoknya bisa menstruasi padahal masih belum selesai ibadahnya.

Ia juga mencontohkan terdapat kasus meskipun sudah mengonsumsi obat hormonal penunda haid sesuai anjuran, namun mengalami spotting (bercak darah).

Menurutnya, ketika hal itu terjadi, bisa menaikan dosisnya saat di hari itu mengonsumsi obatnya sehari tiga kali. Langkah ini dilakukan sampai spotting (bercak) tersebut hilang, kemudian dosis akan dikembalikan menjadi sehari dua kali.

“Kalau spotting gini masih bisa ibadah. Karena sebetulnya spotting itu akibat dari dinding rahim yang tipis. Jadi bukan menstruasi itu sebetulnya,” jelasnya.

Menurutnya, mengonsumsi obat hormon ini terkadang menimbulkan efek mual hingga pusing di awal-awal. Namun, hal itu tidak sampai mengganggu kualitas hidup maupun aktivitas.

Lebih lanjut, dokter yang berpraktik di Primaya Evasari Hospital itu menambahkan dalam mengonsumsi obat hormon itu harus sesuai dengan anjuran dokter, terutama orang dengan riwayat hipertensi hingga stroke harus dikonsultasikan.

“Tapi memang harus diperhatikan kondisi-kondisi yang misalkan ibunya ada riwayat hipertensi atau lagi konsumsi obat anti hipertensi, ada riwayat stroke sebelumnya. Itu harus diperhatikan, bukan tidak boleh (mengonsumsi obat hormon itu). Tapi nanti harus dikonsultasikan dulu ke dokternya,” katanya.(ant/dra/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Avanza Terbalik Usai Tabrak 2 Mobil Parkir

Mobil Terbakar Habis di KM 750 Tol Sidoarjo arah Waru

Kecelakaan Dua Truk di KM 751.400 Tol Sidoarjo arah Waru

BMW Tabrak Tiga Motor, Dua Tewas

Surabaya
Selasa, 6 Mei 2025
34o
Kurs