Senin, 8 Desember 2025

Drama Musikal ‘Arutala Sukrasana’ Tampilkan Aktor Disabilitas di Panggung Inklusif Surabaya

Laporan oleh Akira Tandika Paramitaningtyas
Bagikan
Para aktor disabilitas down syndrom yang iku dalam pementasan drama musikal yang bertajuk "Arutala Sukrasana, Disabilitas Sang Pamungkas" di Gedung Cak Durasim, Minggu (7/12/2025). Foto: M. Irfan Azhari Mg suarasurabaya.net

Komunitas Mata Hati (KMH) menampilkan drama musikal berjudul “Arutala Sukrasana, Disabilitas Sang Pamungkas” di Gedung Cak Durasim, Surabaya, Minggu (7/12/2025) malam.

Drama musikal ini menjadi ruang inklusif karena seluruh pemeran utamanya berasal dari berbagai ragam disabilitas yang berkolaborasi dengan aktor nondisabilitas.

Pementasan ini menghadirkan kisah tentang Sukrasana dan Sumantri yang diperankan oleh Rizal Kurniawan dan Immanuel Arya, dua aktor disabilitas netra. Sementara Teddy, memerankan tokoh Dharma Wisesa raja seribu negeri yang merupakan penyandang disabilitas pendengaran.

Danny Heru Ketua Panitia yang juga penyandang disabilitas netra mengatakan, panggung ini menjadi ruang edukasi sekaligus inklusi.

“Pagelaran ini bisa disebut etalase inklusi disabilitas. Melalui pertunjukan ini kami ingin menyosialisasikan ragam disabilitas dan isu-isu yang berkembang kepada masyarakat luas,” jelasnya.

Para pemain aksi drama musikal yang bertajuk “Arutala Sukrasana, Disabilitas Sang Pamungkas” yang diperankan oleh pemain disabilitas dan nondisabilitas di Gedung Cak Durasim, Minggu (7/12/2025). Foto: M. Irfan Azhari Mg suarasurabaya.net

Hario Widyoseno Kepala Seksi Penyajian UPT Taman Budaya Jawa Timur menyampaikan, apresiasinya atas terselenggaranya pementasan inklusif ini.

“Kami memberikan apresiasi setinggi-tingginya untuk teman-teman Komunitas Mata Hati. Kami bangga menjadi salah satu pendukung pergelaran hari ini,” jelasnya.

Titis Ningrum Pengarah Drama menyebutkan proses kreatif drama ini memiliki tantangan tersendiri karena setiap aktor memiliki kebutuhan berbeda. Meski demikian, seluruh keterbatasan ini difasilitasi melalui metode latihan yang disesuaikan kembali.

“Teman-teman punya keterbatasan yang macam-macam. Kami mencoba memfasilitasi semuanya. Untuk tuna netra, fokusnya bukan pada fisik, tapi kemampuan mereka menyampaikan pesan. Sementara dengan teman tuli, kami memakai cara komunikasi yang sederhana dan terstruktur,” terangnya.

Titis menambahkan bahwa drama musikal ini sekaligus menjadi momentum memperingati Hari Disabilitas Internasional.

“Kami ingin mengajak masyarakat lebih aware bahwa disabilitas bukan untuk dikasihani, tetapi diapresiasi. Cerita Sukrasana ini menunjukkan bahwa ketika diberi kesempatan, mereka mampu,” tambahnya.

Selain melibatkan aktor-aktor disabilitas, para penonton yang hadir juga berasal dari berbagai organisasi dan komunitas penyandang disabilitas. Mulai dari Pertuni, ITMI, Pertama Jawa Timur (disabilitas netra), Gerkatin, Ikakamus, Tiba (tunarungu), hingga komunitas daksa seperti PPDI, Difalaras, Difagana, DMI, HWDI, dan Persas.(fan/kir/ham)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Macet dan Banjir di Kawasan Banyuurip-Simo

Banjir Menggenangi Sidosermo 4

Kecelakaan Bus Vs Truk Gandeng di Jembatan Suramadu

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Surabaya
Senin, 8 Desember 2025
26o
Kurs