Kudos Cafe Surabaya menghadirkan sebuah pameran seni bertajuk “Nature’s Narrative Annual Art”, bersama dengan Arti dan Studio Aparna, untuk menjadi ruang baru bagi seniman lintas usia memamerkan karya.
“Nature’s Narrative Annual Art” yang digelar selama tiga hari berturut-turut hingga 16 November 2025 itu, diminati oleh banyak pengunjung dari berbagai kalangan.
Pantauan suarasurabaya.net, pengunjung mulai dari anak-anak hingga tamu luar negeri, menyempatkan diri hadir dalam pameran, sekaligus menikmati hasil karya para seniman.
Bertono Adi penyelenggara acara sekaligus owner Kudos Cafe mengatakan pameran ini merupakan langkah awal untuk membentuk art hub atau wadah bagi berbagai jenis seni untuk berkembang bersama.
“Acara Art ini jadi permulaan bagi kami untuk membuat art hub. Harapannya bisa menular ke tempat-tempat lain dan ke seniman lain,” ujarnya.
Ia menambahkan, keberagaman karya menjadi ciri utama pameran ini. Mulai dari lukisan, fotografi, hingga pottery, semuanya bisa dipamerkan di sini.
Pihaknya berharap kegiatan ini dapat menjadi agenda tahunan yang mampu menginspirasi komunitas seni lain di Surabaya.
Herawati yang juga penyelenggara acara menyebut kalau pameran ini juga menjadi ajang bagi talenta muda Surabaya, terutama murid Studio Aparna dan DNA School, yang ingin mencoba tampil di depan publik lewat karya.
“Kami ingin mengenalkan bahwa talent muda Surabaya itu banyak, dan karya mereka sudah sangat matang. Kami juga mengundang seniman profesional supaya generasi muda bisa melihat bagaimana profesi seni itu bisa exist,” jelasnya.
Dari jajaran seniman yang terlibat, karya dari para profesional turut memberi warna tersendiri.

Yoga Sasmita seniman yang melukis karya berjudul “Sebelum Kita”, menggambarkan alam dari perspektif penciptaan, menempatkan pohon dan hewan sebagai “kakak-kakak” umat manusia.
“Menurutku, dari penciptaan itu mereka dulu yang menjaga kita. Banyak campaign jaga alam terasa aneh, karena sebenarnya mereka yang menjaga kita duluan,” ungkapnya.
Untuk membuat karya lukis ini, Yoga mengaku menghabiskan waktu satu bulan. Menurutnya, itu termasuk waktu yang lama untuk menyelesaikan lukisan berukuran kecil.
Bukan tanpa alasan, Yoga ingin menonjolkan beberapa detail seperti, pada pohon hingga daun bonsai.
Selain lukisan, dalam pameran itu ditampilkan juga karya pottery dari Stephanie Tandian.

Stephanie menampilkan pottery berbahan stoneware yang dibakar hingga 900 derajat. Ia mengusung konsep stacking stone, susunan batu yang menjadi simbol harapan dan spiritualitas.
“Harapanku, karya ini bisa membangkitkan kesadaran kita. Segala hal di sekitar kita sebenarnya bisa jadi sumber inspirasi dan cara untuk mengekspresikan diri,” ujarnya.
Nathania Kiandra Hermawan pengunjung pameran menaruh perhatian pada karya pottery milik Stephanie, yang dinilai paling menarik.
“Karena dari dulu aku pingin banget coba bikin karya dari clay, tapi belum pernah kesampaian. Di sini aku baru sadar kalau ada karya yang selama ini ingin aku buat sendiri, dan hasilnya ternyata sebagus itu,” ungkapnya.
Pameran “Nature’s Narrative Annual Art 2025” menjadi langkah awal bagi Kudos Cafe untuk membangun ekosistem kreatif. Penyelenggara berharap kehadiran ruang ini dapat memperkuat komunitas seni Surabaya dan mendorong lebih banyak seniman muda untuk berani tampil.(mas/kir/faz)
NOW ON AIR SSFM 100
