
Teresa Indira Andani, M.Psi. Psikolog lulusan Universitas Indonesia mengingatkan bahwa setiap orang memiliki batasan pribadinya, begitupun sosok yang kita gemari.
“Batasan personal adalah batasan yang melindungi ruang pribadi dan rasa aman seseorang,” kata Teresa, dilansir dari Antara pada Kamis (10/7/2025).
Teresa mengatakan mengekspresikan kegembiraan saat bertemu dengan seseorang yang diidolakan adalah hal yang wajar, terlebih tidak setiap hari bisa bertemu secara fisik.
Namun, saat bertemu harus tetap sejalan dengan empati. Dalam konteks saat ini, perlu melihat sentuhan fisik seperti memeluk atau bahkan memegang tangan dengan lebih kritis.
Meskipun dalam niat mungkin tulus atau spontan, namun tiap individu memiliki batas kenyamanan pribadi yang berbeda dalam hal sentuhan fisik.
“Apalagi bagi figur publik yang sering mengalami interaksi dalam jumlah besar dan berulang, sentuhan fisik tanpa izin bisa terasa invasif dan melelahkan secara emosional,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa saat bertemu dengan seseorang yang diidolakan, perlu mempertimbangkan isu konsen (consent), di mana sentuhan tanpa persetujuan tetap bisa menjadi bentuk pelanggaran, bahkan jika dilakukan oleh penggemar.
Adapun sentuhan fisik dalam konteks sekarang saat bertemu dengan seseorang hanya bisa dibenarkan jika terdapat persetujuan secara langsung dari pihak yang disentuh.
Kemudian, terjadi dalam situasi yang aman, nyaman, dan tidak mendadak serta tidak terjadi di ruang publik yang rawan eksploitasi atau penyalahgunaan. Semisal, waktu foto bareng dengan idola perlu untuk bertanya terlebih dahulu izin untuk sekadar memeluk.
“Ekspresi sayang tidak harus lewat pelukan, bisa lewat senyuman, lambaian tangan, atau kata-kata tulus yang justru lebih bermakna dan menghargai privasi,” pungkasnya.
Sebelumnya, musisi Nadin Amizah mengalami kejadian tidak mengenakkan karena tubuhnya disentuh oleh oknum penonton tanpa persetujuan setelah tampil di acara Pasar Senggol, Bekasi, akhir pekan lalu.
Nadin melalui unggahannya di media sosial menyampaikan kekesalan dan kesedihannya bahwa orang-orang yang bersikap seperti itu tidak layak disebut sebagai penggemar. (ant/ata/iss)