Jumat, 29 Maret 2024

Rutin Dengarkan dan Baca Al-Quran, Santri Tunanetra Jadi Hafiz

Laporan oleh Desy Kurnia
Bagikan
Ani saat membaca Quran Braille di ruang kelas Sekolahnya, SMP YPAB Surabaya. Foto: Nia suarasurabaya.net

Kehilangan penglihatan sejak kecil tak menghalangi santri satu ini untuk bisa tetap eksis dan berprestasi di tengah masyarakat. Di usianya yang masih 15 tahun, ia sudah mengantongi segudang prestasi baik tingkat lokal maupun nasional.

Namanya Tutik Muliani, remaja penyandang tunanetra ini masih duduk di kelas IX SMP YPAB Surabaya. Ia mengaku tidak kecewa dengan kondisinya, karena prioritasnya dalam hidup adalah membahagiakan kedua orang tua dan mencari pahala.

“Tidak masalah, saya hanya ingin orang tua bahagia dan bisa bangga melihat saya. Jalanin hidup yang penting kan dapat banyak pahala buat di akhirat nanti,” tuturnya, saat ditemui suarasurabaya.net di sekolahnya, Senin (14/7/2014).

Ani, begitu panggilan akrabnya mengungkapkan dengan kondisinya yang tak bisa melihat seperti orang kebanyakan justru membuatnya lebih bersemangat dan pantang menyerah untuk belajar. Salah satunya ialah menghafal beberapa juz dalam Al-Quran.

Berbeda dengan orang normal kebanyakan, pertama kali Ani menghafal Al-Quran dengan cara mendengarkan, baik itu melalui aplikasi di handphone atau audio player.

“Pertama kali ingin hafal AL-Quran sejak kelas satu SD, waktu itu masih suka gabung, ikutan anak normal, lalu saya ada keinginan jadi hafiz, mulai deh belajar dari mendengarkan rekaman di HP atau DVD player,” jelasnya.

Ia menambahkan, kedua orang tuanya sangat mendukung keinginannya jadi hafiz dan membelikannya Iqra Braile untuk belajar. “Saya sangat senang waktu itu dan semakin termotivasi, lalu suka belajar sendiri di rumah. Saya sangat suka membaca,” terang Ani.

Buah dari belajarnya, kini Ani mampu menghafal beberapa juz di Al-Quran, Seperti juz 1, 2, 22, 23 dan juz 30. “Saya masih belajar dan cara saya menghafal memang nggak urut. Apalagi semenjak masuk SMP banyak sekali tugas yang harus dikerjakan, jadi menghafalnya juga melambat,” katanya.

Meski demikian, ia akan terus belajar dan menghafalkan Al-Quran sampai bisa 30 juz. “Itu impian saya dan bisa jadi bekal dunia akhirat,” tegasnya bersemangat.

Ani juga merasa bersyukur ia dibesarkan dikeluarga yang hangat namun tetap disiplin. Pendidikan yang ia dapat di keluarga dan sekolah itulah yang membawanya menjadi perwakilan beberapa lomba baik di tingkat lokal maupun nasional.

“Orang tua sangat tegas mendidik saya dan itu juga buat kebaikan saya. Berkat orang tua dan guru saya bisa ikutan banyak lomba, baik itu lomba hafiz, tilawatil Quran maupun lomba olah raga dan Science,” jelasnya sambil tersenyum ramah.

Bahkan, salah satu finalis Pildacil di ANTV ini akan maju ke tingkat Nasional mewakili Provinsi Jatim untuk lomba MIPA.

“Alhamdulillah, doakan sukses nanti. Kalau untuk Pildacil dulu cuma sampai 5 besar saja. Neno Warisman juga sempat memberi saya Quran Braille dan itu masih saya gunakan untuk belajar sampai sekarang,” papar Ani. (ain/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Porsche Seruduk Livina di Tol Porong

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 29 Maret 2024
28o
Kurs