Kiai Fathurrozi (Gus Fahrur) Wakil Ketua Asosiasi Pesantren NU Indonesia (Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama/RMI NU) minta kicauan Fahri Hamzah politikus PKS di Twitter mengenai hari santri tak perlu dibesar-besarkan.
“Ini polemik biasa yang dikeluarkan politisi, karenanya kalangan santri, saya minta juga tak terprovokasi dan mudah diadu domba terkait hal ini,” kata Gus Fahrur, Kamis (3/7/2014).
Gus Fahrur sendiri mengaku kicauan Fahri Hamzah merupakan sesuatu yang biasa. Kicauan ini, dinilai tak akan mempengaruhi kehidupan pesantren.
Gus Fahdur juga mengatakan jika ide hari santri ini awalnya berasal dari Gus Thoriq, pengasuh pesantren Babussalam Banjarejo, Kabupaten Malang. “Jadi ini sebenarnya bukan ide Jokowi,” kata dia.
Gus Fahrur yang juga pengasuh Pesantren An-Nur, Bululawang, Kabupaten Malang ini menjelaskan, sejak 5 tahun lalu, setiap tahun Ponpes Babussalam milik Gus Thoriq selalu mengadakan peringatan Hari Santri pada 1 Muharam.
Bahkan setiap perayaan juga selalu dihadiri beberapa pejabat sehingga hari santri ini sebenarnya sudah lama diperingati oleh internal pesantren.
Selain itu, usulan hari santri jatuh pada 1 Muharam sebenarnya juga sesuatu yang biasa karena tanggal 1 muharam sendiri sebenarnya sudah ditetapkan sebagai hari besar. Bahkan jika 1 Muharam lantas dijadikan hari santri, malah dinilai akan mengecilkan makna dari 1 Muharam.
Kalaupun memang diperlukan ada peringatan Hari Santri, Gus Fahrur lebih condong dilakukan bertepatan saat peringatan momentum Resolusi Jihad NU yang dicetuskan Kiai Hasyim Asy’ari (pendiri NU) saat perjuangan kaum santri terhadap penjajah, bukannya pada 1 Muharam.
“Saya kira hari santri ini tidak perlu lagi diperdebatkan, yang lebih penting sebenarnya adalah bagaimana santri itu lebih diperhatikan oleh pemerintah,” kata dia.
Dia mencontohkan, beberapa program pemerintah Jawa Timur untuk kaum santri seperti BOS khusus Madrasah Diniyah harusnya diadopsi oleh pemerintah pusat. (fik)
Teks Foto :
-Ilustrasi
NOW ON AIR SSFM 100
