Sabtu, 31 Mei 2025

Praktisi SDM Tegaskan Rekrutmen Kerja Harus Fokus pada Kemampuan

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Ilustrasi - Praktisi manajemen SDM menekankan bahwa rekrutmen pekerja harus berbasis kompetensi. Foto: iStock

Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) berencana menghapus sejumlah persyaratan dalam lowongan kerja seperti batas usia, penampilan menarik, dan status pernikahan. Langkah ini dinilai dapat membuka akses kerja yang lebih luas bagi masyarakat.

Immanuel Ebenezer Wakil Menteri Ketenagakerjaan menyatakan, kebijakan ini merupakan tindak lanjut dari larangan penahanan ijazah oleh perusahaan yang sebelumnya telah diterbitkan melalui Surat Edaran (SE).

Penghapusan syarat-syarat tersebut akan dimulai melalui SE, namun tidak menutup kemungkinan akan diperkuat dengan Peraturan Menteri (Permen).

Dalam praktiknya, syarat ‘berpenampilan menarik’ kerap muncul pada posisi frontliner seperti resepsionis, teller, atau pramuniaga.

Mengutip Forbes dan Life Intelligence, penampilan sering dikaitkan dengan kepercayaan diri serta profesionalisme, sehingga memunculkan fenomena ‘beauty privilege’ di dunia kerja. Rencana penghapusan syarat ini pun memunculkan harapan akan terhapusnya diskriminasi serupa di dunia kerja.

Sebagai praktisi manajemen Sumber Daya Manusia (SDM), Ferry Wirawan Tedja mendukung keputusan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) untuk menekankan rekrutmen berbasis kompetensi.

“Menurut saya, seharusnya dari dulu jika mau merekrut, mempromosi atau menilai, harus berbasis kompetensi, bukan hal-hal yang sifatnya fisik. Seperti usia atau status pernikahan, itu sebenarnya tidak ada hubungannya dengan kinerja,” kata Ferry dalam program Wawasan Radio Suara Surabaya, Rabu (28/5/2025) pagi.

Ia mengatakan bahwa rekrutmen yang efektif adalah yang selektif dalam memilih kandidat. Perusahaan menerima orang yang sudah memiliki kompetensi, kemudian diproses lebih lanjut.

Ia menambahkan, proses rekrutmen yang transparan dan berbasis kompetensi akan membangun reputasi positif perusahaan di mata publik.

“Saat ini saya melihat sekarang ada tren yang berbeda. Ada isu yang lain, yakni employer branding. Saya berpikir seharusnya rekrutmen itu mengundang sebanyak-banyaknya orang untuk melamar. Dengan dimikian perusahaan akhirnya memiliki reputasi yang baik,” ujar praktisi SDM tersebut.

Menurutnya, praktik yang umum ditemui dalam dunia HR, seperti menilai penampilan atau foto di resume, sering kali bersifat subjektif dan tidak relevan dengan kinerja seseorang di tempat kerja.

Namun, itu seharusnya tidak boleh menjadi faktor penentu dalam memilih kandidat. Seharusnya, yang dinilai adalah kompetensi dan kemampuan yang bisa mendukung kinerja perusahaan.

Bahkan, di luar negeri, resume sering kali tidak mencantumkan foto atau data pribadi kandidat. Hal ini menunjukkan bahwa fokus utama dalam rekrutmen adalah pada kemampuan dan kualifikasi, bukan penampilan fisik.

Fenomena peningkatan penggunaan kosmetik dan operasi plastik yang semakin tren, menurutnya, juga membuktikan bahwa penampilan fisik dapat menjadi investasi bagi seseorang.

Ferry menekankan bahwa penampilan hanyalah pintu masuk. Yang lebih penting adalah kompetensi dan kemampuan untuk berkontribusi dalam pekerjaan.

Meskipun ada produk teknologi yang bisa membantu meningkatkan penampilan seseorang, ia menekankan bahwa yang paling utama dalam dunia kerja adalah kompetensi. (saf/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Kecelakaan Truk Tabrak Gardu Tol di Gate Waru Utama

Avanza Terbalik Usai Tabrak 2 Mobil Parkir

Surabaya
Sabtu, 31 Mei 2025
32o
Kurs