Jumat, 6 Juni 2025

Psikolog: Jangan Jadikan Luka Mental Sebagai Bahan Candaan

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Ilustrasi pria yang mengalami depresi, sedang duduk di pinggir tempat tidurnya. Foto: Antara

Astri Yunita Psikolog Klinis Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kota Kendari menyebut rendahnya pemahaman masyarakat terhadap kesehatan mental masih menjadi persoalan serius di tengah meningkatnya kasus krisis psikologis di berbagai daerah.

Astri Yunita mengatakan respons publik terhadap peristiwa tragis sering kali tidak mencerminkan empati, bahkan cenderung menjadikan penderitaan mental sebagai bahan canda.

Ia menyampaikan reaksi semacam itu mencerminkan betapa rendahnya pemahaman masyarakat terhadap isu kesehatan mental.

“Luka mental itu nyata dan serius. Tapi banyak yang memperlakukannya seolah hanya drama belaka. Ini bukan bahan hiburan, apalagi untuk dijadikan gosip,” kata Astri Yunita, di Kendari, Senin (2/6/2025), seperti dilansir Antara.

Ia juga menjelaskan luka psikologis bisa jauh lebih menyakitkan daripada luka fisik. Bahkan hal tersebut juga bisa mempengaruhi cara seseorang berpikir, merasakan, dan menjalani hidup.

“Kalau luka fisik bisa diobati dengan perban dan waktu, luka batin kadang terus membekas dan tak terlihat oleh mata,” ujar Astri Yunita.

Ia menekankan pentingnya membangun pemahaman bersama agar setiap tragedi yang menyangkut kesehatan mental tidak lagi disambut dengan cibiran atau penilaian sepihak.

Menurutnya, setiap komentar sembrono dapat memperburuk kondisi orang-orang yang sedang berada di titik paling rapuh dalam hidupnya.

“Kita tidak pernah tahu seberapa dalam luka yang sedang mereka tanggung. Kadang mereka hanya ingin berhenti dari rasa sakit, bukan berhenti hidup,” kata Astri Yunita.

Ia mengajak masyarakat untuk mulai membentuk lingkungan sosial yang lebih peduli dan bebas dari stigma terhadap gangguan mental. Edukasi publik adalah langkah penting agar ruang-ruang sosial menjadi lebih aman bagi mereka yang sedang berjuang dalam diam.

“Ketika kita merespons dengan empati dan kepedulian, kita menciptakan harapan. Dan harapan itulah yang kadang menyelamatkan nyawa,” sebut Astri Yunita..

Ia menambahkan dengan satu pesan penting, berhenti memperlakukan penderitaan batin sebagai bahan konsumsi ringan. Kesadaran bersama adalah langkah awal pencegahan dan itu dimulai dari cara kita memilih kata.(ant/bel/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Kecelakaan Truk Tabrak Gardu Tol di Gate Waru Utama

Avanza Terbalik Usai Tabrak 2 Mobil Parkir

Surabaya
Jumat, 6 Juni 2025
32o
Kurs