Rabu, 29 Mei 2024

Ada Kesalahan Paradigma Impor di Indonesia

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Suasana diskusi di Jakarta yang diadakan Forum Diskusi Ekonomi Politik (FDEP), dengan tema Kebijakan Impor Bahan Baku Industri, Kamis (24/8/2017). Foto: Faiz suarasurabaya.net

Munculnya peraturan larangan dan pembatasan (Lartas) impor bahan baku industri seperti garam, jagung, tembakau dan beberapa bahan baku lainnya membuat khawatir para pelaku industri, mengingat komoditas-komoditas tersebut merupakan bahan baku utama bagi industri.

Benny Wahyudi dari Asosasi Gula Rafinasi mengatakan, ketersediaan bahan baku sangat penting bagi keberlanjutan dan pertumbuhan industri. Hal ini disampaikan Benny dalam sebuah diskusi di Jakarta yang diadakan Forum Diskusi Ekonomi Politik (FDEP), dengan tema Kebijakan Impor Bahan Baku Industri, Kamis (24/8/2017).

Senada dengan Benny Wahyudi, Hasan Aoni Aziz U.S., Sekretaris Jenderal Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (GAPPRI) meminta pemerintah harus perhatikan regulasi soal impor.

“Seluruh regulasi yang mengatur soal industri harus mengedepankan soal reward, bukan punish. Regulasi harus menyesuaikan tingkah laku konsumen,” ujar Hasan.

Sementara Yose Rizal Damuri Pengamat ekonomi dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) mengatakan, ada kesalahan paradigma yang cukup luas di Indonesia.

“Ini perlu ada perubahan paradigma bahwa impor itu jelek. Impor itu adalah bagian dari produksi, saat ini kita tidak bisa menempatkan impor itu jelek,” kata dia pada kesempatan yang sama. Lebih jauh Yose Rizal menjelaskan, semakin tinggi impor content, semakin tinggi pula ekspornya. Sebaliknya juga demikian.

Bambang Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian mengatakan, petani dan industri harus sinergi. Kebijakan importasi ini bertujuan untuk melindungi negara Indonesia yang agraris serta bertujuan untuk mencari titik temu keseimbangan. “Apabila ada jenis yang belum mampu diproduksi, monggo (silakan) di impor,” ujarnya.

Menanggapi isu dalam kebijakan Lartas ini, Atong Soekirman Asisten Deputi Pengembangan Industri Kemenko Perekonomian menjelaskan, jika akan mengeluarkan regulasi, penting sekali untuk mengajak bicara industri. Apalagi terkait bahan baku industri.

“Tanpa dukungan bahan baku yang memadai, hal ini akan berdampak pada penurunan daya saing industri,” katanya.(faz/den)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Evakuasi Kecelakaan Bus di Trowulan Mojokerto

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Surabaya
Rabu, 29 Mei 2024
28o
Kurs