Senin, 13 Mei 2024

Communal Kitchen, Dapur Bersama Startup Kuliner dari USA

Laporan oleh Agung Hari Baskoro
Bagikan
Widyoseno Estitoyo Co Founder of Haveltea ketika menjadi pemateri di acara oleh-oleh dari luar negeri yang digelar di Geco Co-working space, Surabaya pada Kamis (10/1/2019). Foto: Baskoro suarasurabaya.net

Amerika Serikat punya communal kitchen, sebuah konsep dapur bersama tempat berkumpulnya puluhan startup berbasis kuliner di negara paman sam.

Widyoseno Estitoyo Co Founder of Haveltea yang diundang Pemerintah Amerika Serikat pada 2017 silam mendapat kesempatan mengunjungi “Union Kitchen”, salah satu communal kitchen di Washington DC.

Seno bercerita, lahirnya communal kitchen didasari persoalan mahalnya menyewa tempat untuk para pelaku startup kuliner di Amerika. Tak hanya soal harga sewa tempat, pelaku bisnis makanan di sana juga butuh bantuan pengurusan ijin usaha kulinernya.

“Sewa tempat masak untuk banyak orang jadi lebih murah dengan adanya communal kitchen. Belum lagi bantuan pengurusan ijin kulinernya,” kata Seno ketika menjadi pemateri di acara oleh-oleh dari luar negeri yang digelar di Geco Co-working Space, Surabaya, Kamis (10/1/2019).

Tak hanya menjadi ruang memasak bersama untuk belasan startup kuliner, communal kitchen juga memiliki program incubator, accelerator, dan mentorship.

“Mereka menyediakan program scale-up kayak mentoring, terus ada program accelerator juga. Jadi ketika orang punya ide, supaya produk itu jadi ya masuk inkubasi. Ketika produk itu di pasaran, untuk menjaga itu gimana, harus ada accelerator-nya,” katanya.

Ia menyebut, konsep ini sebenarnya memungkinkan diterapkan di Indonesia. Hanya saja, perlu dihitung ulang biaya yang harus dikeluarkan startup untuk menyewa dapur bersama itu.

Ia membandingkan konsep bisnis ini dengan bisnis co-working space yang mulai ada di Indonesia sejak 2010-an. Menurutnya, co-working space belum terlalu profitable dan baru menunjukkan hasil sekitar 2 tahun belakangan.

“Kalau kita bikin communal kitchen seperti itu, dengan melihat co-working space yang belum profitable, mungkin 2-3 tahun ke depan baru bisa (direalisasikan, red),” ujarnya.

Menurutnya, perlu kesadaran dari pegiat kuliner agar mengenai pentingnya standarisasi mutu kesehatan seperti yang sedang digalakkan pemerintah saat ini.

“Dengan orang sadar untuk mengurus perijinan seperti PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga) dan lain-lain, communal kitchen bisa hadir. (Communal kitchen, red) jangan hanya jadi rental dapur aja,” katanya. (bas/tin)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Senin, 13 Mei 2024
33o
Kurs