Sabtu, 27 April 2024

Saham Apple Rontok, Sejumlah Emiten Wall Street Anjlok

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Antrean pembeli Iphone XS dan XS Max saat penjualan perdana di Apple Store Tokyo, Jepang, Jumat (21/9/2018). Foto: Reuters

Saham-saham di Bursa Wall Street turun tajam pada akhir perdagangan, Kamis (3/1/2019) waktu setempat, atau Jumat (4/1/2019) pagi WIB, menyusul pemangkasan perkiraan pendapatan kuartal pertama Apple dan data ekonomi yang suram.

Hal ini memicu kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Seperti yang terlihat pada Indeks Dow Jones Industrial Average, raksasa emiten yang jatuh dramatis sebesar 600,02 poin atau 2,83 persen, ditutup pada 22.686,49 poin.

Indeks S&P 500 merosot 62,14 poin atau 2,48 persen, berakhir di 2.447,89 poin. Indeks Komposit Nasdaq juga anjlok 202,43 poin atau 3,04 persen ditutup di 6.463,50 poin.

Saham Apple anjlok mendekati 10 persen di jam penutupan membebani Dow Jones Industrial Average yang berjibaku melawan penurunan lebih dari 300 poin, namun menyerah pada kerugian terbesar selama enam tahun terakhir.

Apple merevisi perkiraan pendapatan di kuartal pertama tahun fiskal 2019 lebih rendah menjadi 84 miliar dolar AS.

Tim Cook CEO Apple mengumumkan ini dalam sebuah surat kepada para investor pada Rabu (2/1/2019), sebagimana dikutip Xinhua, dilansir Antara.

Pendapatan itu tercatat sebagai penurunan tajam dari panduan sebelumnya di kisaran 89-93 miliar dolar AS. Ini menjadi pemangkasan perkiraan pertama Apple dalam lebih dari 15 tahun terakhir.

Cook mengaitkan penurunan perkiraan pendapatan ini dengan menurunnya penjualan iPhone, Mac, dan iPad, serta penyusutan toko-toko ritel dan mitra-mitra penyaluran di China.

Selain akibat koreksi Apple ini, saham Bristol-Myers Squibb merosot lebih dari 13 persen menyusul berita perusahaan farmasi AS berencana membeli saingannya Celgene, sebuah perusahaan bioteknologi AS, sekitar 74 miliar dolar AS.

Sebaliknya, saham Celgene melonjak lebih dari 20 persen pada akhir perdagangan.

Saham Delta Air Lines juga menukik sekitar 8,9 persen setelah maskapai penerbangan AS itu menurunkan prediksi pendapatannya pada kuartal keempat 2018.

Saham Boeing juga turun hampir 4,0 persen, memimpin penurunan Dow Jones.

Sembilan dari 11 sektor S&P 500 utama turun, dengan sektor teknologi informasi merosot lebih dari lima persen, memimpin penurunan. Sektor industri menempati peringkat kedua dengan penurunan hampir dua persen.

Di sisi ekonomi, investor mencerna data suram ekonomi AS inilah yang memicu kegelisahan atas surutnya kegiatan ekonomi di tahun baru.

Indeks manufaktur ISM turun menjadi 54,1 pada Desember, level terendah sejak November 2016, yang lebih lemah dari ekspektasi pasar dan turun 59,3 pada November, sesuai laporan terbaru.

Indeks yang dikeluarkan Institute for Supply Management (ISM) secara luas dianggap sebagai indikator untuk laju ekspansi kegiatan ekonomi di sektor manufaktur.

ISM yang berbasis di AS adalah asosiasi manajemen pasokan nirlaba terbesar di dunia.

Pasar tenaga kerja AS juga tetap tertatih-tatih untuk mempertahankan kekuatannya dengan meningkatnya klaim pengangguran mingguan dan gaji (payrolls) swasta.

“Jumlah orang Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran mencapai 231.000 dengan peningkatan yang disesuaikan secara musiman 10.000 untuk pekan yang berakhir 29 Desember,” kata Departemen Tenaga Kerja, Kamis.

Mengimbangi dampak yang mengkhawatirkan, penggajian swasta naik 271.000 pekerjaan pada Desember, lebih tinggi dari peningkatan November sebanyak 157.000 pekerjaan. Ini sebagaimana laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP pada Kamis.(ant/den)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Sabtu, 27 April 2024
30o
Kurs