Rabu, 24 April 2024

CEO PT Marimas: Media Sosial Corong Edukasi dan Komunikasi Bisnis

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Harjanto Halim CEO PT Marimas Putra Kencana siaran langsung dalam program The Journey Radio Suara Surabaya, Jumat (29/10/2021). Foto: Suara Surabaya

Biasanya seorang CEO lebih memilih bergerak secara di balik layar untuk mengurus perusahaannya dan lebih menjaga prestise sebagai seorang CEO supaya bisa menjaga pengaruhnya di dalam perusahaan.

Akan tetapi konsep semacam itu tidak berlaku bagi Harjanto Halim CEO PT Marimas Putra Kencana. Dia orang dibalik populernya minuman Marimas di masanya hingga sekarang.

Uniknya sebagai seorang CEO, Harjanto memilik habit yang unik, yakni cukup aktif dalam bermedia. Bukan asal bermain saja, pria kelahiran Semarang itu seakan menepis stigma bahwa orang tua selalu gagap dengan teknologi.

Alih-alih hanya sekedar bermain medsos, Harjanto justru menciptakan konten-konten yang bersegmen moderasi agama, edukasi, fenomena sosial, dan sekaligus menerapkan komunikasi bisnis.

“Saya tidak ingin dimanfaatkan oleh media sosial sebagai konsumen saja. Jadinya saya harus memanfatkan medsos itu. Terutama saya melihat di Tik-tok ada peluang komunikasi tanpa hierarki dengan siapapun,” kata Harjanto dalam program The Journey Radio Suara Surabaya, Jumat (29/10/2021).

Menurutnya terkait komunikasi dengan pelanggan produk Marimas, akan lebih ideal jika bisa berkomunikasi secara langsung melalui suatu media sosial.

“Model komunikasi pelanggan secara langsung itu lebih pas, ya meskipun ada netizen yang akan cerewet itu baiknya kita mendengarkan secara langsung. Tapi tetap harus memfilternya,” katanya.

Karena kegemaran Harjanto dalam bermedia, kini tidak sedikit anak muda yang kian mengenalnya. Terutama di media Tik-tok, karena pria yang hobi joging itu cukup rajin membikin konten dan berkomunikasi dengan publik secara langsung.

Selain menjadi CEO yang sibuk berkecimpung dengan perusahaan, Harjanto juga aktif di dunia pendidikan dan organisasi sosial masyarakat.

Hal-hal di organisasi itulah yang kemudian menjadi isi pemikirannya dalam membuat konten di Tik-tok tentang menyoroti suatu fenomena sosial maupun memberikan petuah.

“Saya aktif di pendidikan sekolah Karang Turi Semarang, pengurus Rumah Sakit Telogo Rejo di Semarang dan Pengurus organisasi sosial juga di Semarang, ya aktifitas itulah yang akhirnya menjadi ide saya dalam membikin konten,” ujarnya.

Selain bercerita soal ketenarannya di media sosial, Harjanto dalam program The Journey juga tidak keberatan untuk kilas balik di masa lalu saat ia mulai berpikir untuk membuat produk Marimas.

“Saya itu sering bolak-balik pasar, melihat banyak minuman sirup botol. Dari situ kenapa tidak membuat saja minuman serbuk yang praktis, tidak pakai botol kaca, dan tidak mudah ada semutnya,” jelas Harjanto.

Pria yang sempat studi ke luar negeri dan kembali pada 1995 ini, sebelum membuat produk Marimas juga sempat berbisnis berbagai macam bahan makanan.

Harjanto yang juga ahli sebagai teknologi pangan itu juga menyoroti perihal kualitas rasa pada produk minuman kemasan botol dan minuman kemasan serbuk.

“Untuk rasa, minuman serbuk itu lebih baik. Mengapa demikian? karena minuman kemasan botol itu harus mencapai panas yang sangat tinggi untuk menghilangkan mikrobanya, kalau minuman serbuk tidak,” ungkapnya.

Selain itu dia juga masih optimis bahwa jenis minuman serbuk akan masih bisa bersaik di jangka waktu yang cukup lama.

“Karena dengan melihat tren, kita bisa tahu apa saja peluang yang dicoba. Misalnya sekarang orang lebih giat berolahraga. kalau kita coba bikin produk untuk menambah stamina dengan vitamin dan bahan yang sesuai, itu bisa kan bisa jadi peluang untuk minuman bubuk,” ujarnya.

Harjanto di tengah siaran langsung program The Journey juga menjawab stigma yang tumbuh di masyarakat bahwa minuman saset itu kurang sehat.

“Jadi ada dua kategori minuman, untuk yang bersenang-senang dan healty. Orang juga tertarik untuk minum yang bervariasi. Tapi kalau menurut saya asal jangan berlebihan saja. Kalau kita melihat tren ada minuman boba yang masyarakat suka padahal gulanya luar biasa tinggi, itu kalau dikonsumsi secara berlebih juga tidak sehat,” pungkasnya.(wld/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Rabu, 24 April 2024
28o
Kurs