Kamis, 25 April 2024
OPOP Jawa Timur

Pesantren Miftahus Saada Ngawi Bangun Usaha dengan Kembangkan Bakat Santri

Laporan oleh Achmad Zainal Alim
Bagikan
Mifsa Bakery mulai dikenal masyarakat hingga ke luar kota. Foto: dok. Suara Surabaya Media

Siapa yang tidak mau hobinya bisa menghasilkan uang? Ini pula yang dijadikan peluang Gus Ali Nurofiq, Kepala Pondok Pesantren Miftahus Saada Ngawi. Kini usaha cake dan bakery menjadi unggulan di pesantren.

“Bermula dari hobi, kemudian dikembangkan. Dulu asalnya dari Pondok Langitan sana, memasak, keterusan hingga punya hobi memasak,” ungkapnya. Perjalanan waktu, kemudian dilanjutkan dengan mengikuti kelas-kelas memasak online. Lalu dikembangkan dengan para santri di pesantrennya itu, hingga sekarang menekuni usaha ini.

Menekuni usaha pembuatan Roti dan Kue sudah dijalani selama 2 tahun ini. “Mengalami pasang surut juga,” segahnya. Semua dianggap sebagai tantangan, dan lebih diuntungkan lagi dengan adanya sosial media.

Tantangannya yang paling utama adalah pemasaran. “Di daerah sini itu warganya dominan kalangan menengah ke bawah, sehingga daya belinya pun agak rendah. Kita mengatur pemasarannya pun agak susah, berbeda dengan di kota-kota. Kita posisi di desa, di mana mata pencarian kebanyakan bertani,” urai Gus Ali.

Gus Ali Nurafiq kepala Pondok Pesantren Miftahus Saada, Ngawi. Foto: dok. Suara Surabaya Media

“Pemasaran kami juga melalui jalur media sosial, Facebook, WhatsApp, dan Instagram, dan semua media sosial lain. Alhamdulillah, responnya bagus, selama ini yang cukup mebantu yaa melalui media sosial itu. Pasarnya juga tidak jauh-jauh, sekitar Ngawi dan Madiun sini. Lamongan juga pernah, Kami kirim melalui paket,” terangnya kepada Suara Surabaya Media.

Sempat mampir ke ruang produksi Mifsa Bakery. Bertemu dengan Erlinda yang sedang menekuni pembuatan beberap roti pesanan.

“Sehari kami bisa buat 30–100 ragam cake, roti, dan kue kering. Sekarang Kami juga punya reseller. Jadi pemasarannya lumayan cepat,” jelasnya. Kata Erlinda, produksi saat ini dilakukan semua oleh para santri selepas ngaji, yaitu antara 5-6 santri.

Erlinda mengatakan kebisaannya membuat aneka bakery itu hanya belajar dari sosial media. Dulu ketika masih di pesantren, diajari juga. Kemudian dilanjutkan dengan belajar memasak kue secara online, hingga sekarang. Dengan program OPOP Jatim, semoga bisa semakin mengembangkan aneka usaha yang ditekuni oleh semua pesantren di Jawa Timur. (lim)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Kamis, 25 April 2024
26o
Kurs