Rabu, 15 Mei 2024

Index Harga Makanan Naik, Mendag Prediksi 2022 Jadi Tahun Penuh Tantangan

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Ilustrasi. Pasar beras di Bendul Merisi Surabaya. Foto: Dok. suarasurabaya.net

Muhammad Lutfi Menteri Perdagangan (Mendag) memprediksi 2022 menjadi tahun yang penuh tantangan, terlebih dibandingkan pada 2021 RI berhasil melewati dengan mencetak sejumlah rekor ekonomi baru.

“Tahun 2021, walaupun kita masih di tengah Covid-19, kita melewatinya dengan baik. Sebagian besar kegiatan ekonomi menurun, tapi semua harga bisa kita lalui dengan stabil. Inflasi berjalan dengan baik. NTP Petani juga naik baik. Ini merupakan hasil yang baik,” ujar Lutfi Mendag pada rapat kerja Kemendag yang ditayangkan virtual, Kamis (10/3/2022).

Sedangkan, lanjut Mendag Lutfi, pada 2022 mungkin menjadi kebalikan dari 2021, di mana index harga makanan Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) naik sejak Februari 2022.

“Index sudah naik 140,7 poin atau naik 20,7 persen dibandingkan tahun lalu. Dan ini angka tertinggi sejak 2011, di mana saat itu terjadi juga supercycle ekonomi seperti baru ini, namun kenaikannya hanya 137,6 poin,” ujar Mendag.

Dengan demikian artinya temperatur perdagangan sudah jauh lebih tinggi dibandingkan 2011.

Oleh sebab itu ia juga melihat beberapa indikator terjadinya kenaikan, misalnya harga minyak nabati yang naik 201,7 poin atau naik hampir 27 persen awal tahun 2022 dibandingkan tahun sebelumnya.

Selain itu persoalan gangguan cuaca, gangguan rantai pasok yang terjadi akibat pandemi, serta yang terbaru ini adalah konflik antara Rusia-Ukraina yang masih berpotensi sebagai masalah yang besar pada masa mendatang.

“Ini bagian dari tantangan kita di 2022,” kata Mendag seperti yang dilansir Antara.

Oleh karena itu, lanjutnya, dengan persoalan Covid-19 yang belum selesai, ditambah dengan perang Rusia-Ukraina, maka permasalahan menjadi lebih kompleks.

Invasi Rusia ke Ukraina telah memicu sanksi ekonomi. Invasi yang memunculkan sanksi dari Amerika Serikat dan Eropa tersebut dinilai dapat mengakhiri globalisasi perdagangan.

“Ekonomi pertumbuhannya sudah turun. Ekspor AS sudah turun minus 3 persen, bahkan Eropa sudah dua angka turunnya, yang menyebabkan ini menjadi mata rantai yang langsung bersentuhan dengan Indonesia,” ujar Mendag Lutfi.

Untuk itu Indonesia tengah berupaya untuk menyelesaikan persoalan di dalam negeri, terutama terkait perdagangan, yang terkait dengan kondisi global.(ant/tin/ipg)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Rabu, 15 Mei 2024
32o
Kurs