Minggu, 5 Mei 2024

Realisasi Export Center Surabaya Ditarget Naik Jadi US$ 100 Juta Pada 2022

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Adik Dwi Putranto Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur saat kegiatan Sosialisasi Export Center Surabaya dengan tema "Kebijakan dan informasi peluang pasar eksport dalam mendorong peningkatan ekspor nasional" di Surabaya, Rabu (2/3/2022). Foto: Istimewa

Setelah sukses membukukan transaksi sebesar US$ 72 juta di tahun 2016, melebihi dari target yang dipatok pemerintah sebesar US$64 juta, kini transaksi Export Center Surabaya di tahun 2022 ditargetkan bisa naik menjadi US$ 100 juta.

Adik Dwi Putranto Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur mengungkapkan bahwa keberhasilan yang dicapai pada tahun 2021 tidak lepas dari upaya Kadin Jatim bersama semua pihak untuk secepatnya meningkatkan kualitas produk dalam negeri, utamanya produk yang dihasilkan oleh Usama Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Untuk itu, dengan kenaikan target tersebut, Kadin berkomitmen terus melakukan sejumlah langkah strategis yang diharapkan bisa memacu UMKM untuk meningkatkan kualitas produk mereka hingga mampu diterima di pasar internasional.

“Kami yakin mampu mencapai target realisasi Export Center Surabaya sebesar US$ 100 juta di tahun ini karena kami sudah memiliki perangkat yang bisa menyuport program ECS, salah satunya Rumah Kurasi. Selain itu, berdasarkan data kemarin dan pengalaman kemarin kita semua semakin tahu kebutuhan di negara tujuan ekspor sehingga tahun ini lebih mudah memasarkannya, termasuk eksportir yang mencari pasar baru, yang kmrn sudah melakukan ekspor,” kata Adik disela Sosialisasi Export Center Surabaya dengan tema “Kebijakan dan informasi peluang pasar eksport dalam mendorong peningkatan ekspor nasional” di Surabaya, Rabu (2/3/2022).

Menurut penjelasannya, peran Rumah Kurasi dalam menyukseskan program ECS sangat penting, karena dari Rumah Kurasilah, pelaku usaha, khususnya UMKM bisa mengetahui apa saja kekurangan produk yang mereka hasilkan, mulai dari kualitas produk, kemasan hingga legalitas dan lainnya.

“Di Rumah Kurasi ini produk mereka akan dikurasi oleh Kurator yang bersertifikat BNSP. Hasil kurasi mereka akan menjadi rekomendasi apakah produk ini layak dan bisa diterima pasar internasional, ataukah masih di level pasar modern atau justru masih untuk pasar tradisional. Nah, yang sudah lolos kurasi ini kita masukkan ke ECS untuk dicarikan buyer dari luar negeri,” jelas Adik.

Tahun lalu, ada sekitar 1000 produk yang berhasil dikurasi. Dengan semakin banyaknya jumlah kurator di setiap kabupaten kota, Kadin Jatim berharap jumlah produk yang berhasil dikurasi bakal lebih banyak lagi.

“Kalau tahun kemarin kan kuratornya terbatas, sekarang jumlahnya sudah banyak, sekitar 150 kurator di seluruh Jatim. Pastinya jumlah produk yang bisa dikurasi akan bertambah banyak,” ujarnya.

Selain itu, kata Adik, ada banyak IKM dan UMKM di Jatim yang siap memperluas pasar internasional, utamanya yang sudah bisa masuk pasar Jepang dan Australia. “Karena kedua negara tersebut memiliki standar tinggi, sehingga untuk masuk ke negara tujuan ekspor lain akan lebih mudah,” katanya.

Terkait negara tujuan ekspor, ia mengatakan terbesar masih ke berbagai negara tujuan ekspor tradisional seperti Amerika. Namun ada beberapa negara tujuan ekspor non tradisional yang tengah dibidik, diantaranya adalah Afrika Tengah dan Afrika Selatan, serta negara-negara di wilayah Timur Tengah seperti Dubai dan Arab Saudi.

“Kita mencoba mendekati negara-negara Islam seperti Dubai dan Arab Saudi agar kita lebih eksis sebab Indonesia ini kan termasuk negara dengan penduduk Islam terbesar. Apalagi sejauh ini ekspor kita ke Dubai dan Arab Saudi masih kurang besar, masih kalah dengan Thiland dan Filipina sehingga perlu lebih agresif untuk memasarkan,” tandas Adik.

Meski demikian, ia mengaku masih ada beberapa kendala yang harus dihadapi, di antaranya adalah sertifikat halal Indonesia yang masih belum diakui oleh banyak negara, kalah dengan sertifikat halal Malaysia. “Hal ini masih menjadi tantangan, paling tidak, dalam rangka G20, harapan kami sertifikat halal Indonesia bisa dipakai di negara yang tergabung di G20, pemerintah harus melakukan loby-loby strategis ,” terang lulusan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang tersebut.

Dihubungi secara terpisah, Tommy Kaihatu Kepala Pengelola ECS berharap seluruh stake holders untuk memiliki komitmen dan fokus dalam mendukung UMKM Go Ekspor karena peluang pasar internasional membaik seiring peningkatan demand pasar dunia.

“Ini adalah kesempatan emas bagi UMKM kita untuk bisa dikenal buyer-buyer internasional dan peluang untuk merebut pangsa pasar dunia. Kata kuncinya ada di komitmen dan fokus dari seluruh stake holders terkait,” pungkasnya.(tin/ipg)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Minggu, 5 Mei 2024
28o
Kurs