Senin, 29 April 2024

Bukan SD dan SMP, Pengangguran Terbuka di Indonesia Didominasi Lulusan SMA/SMK

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Ida Fauziah Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia (Menaker RI) saat berada di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Jumat (23/12/2023). Foto: Risky suarasurabaya.net

Ida Fauziah Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia (Menaker RI) menyatakan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia saat ini lebih banyak diisi oleh lulusan SMA/SMK daripada lulusan SD dan SMP.

“Didominasi sekolah menengah kejuruan itu 9,31 persen, SMA sebesar 8,15 persen. Jadi kalau total-total SMK dan SMA itu 17,46 persen,” ucapnya saat berada di Surabaya, Jumat (22/12/2023).

Setelah SMA/SMK, tingkat pengangguran terbuka di Indonesia disusul oleh lulusan Diploma yang menyumbangkan di angka 4,79 persen dan Sarjana yang menyumbangkan di angka 5,18 persen.

“Jadi diploma dan sarjana ini menyumbangkan tingkat pengangguran sekitar 10,07 persen,” katanya.

Hal itu terjadi, kata Ida, salah satunya karena tidak adanya link and match, sehingga tingkat pengangguran dari lulusan SMA, SMK, dan Diploma dan Sarjana menjadi lebih tinggi.

Selain itu, menurutnya juga karena pendidikan dan pelatihan vokasi belum menjawab kebutuhan pasar kerja.

Dengan fenomena tersebut, Ida mengatakan bahwa saat ini pihaknya akan terus berupaya untuk memastikan angkatan tenaga kerja di Indonesia lebih baik lagi.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa saat ini Presiden juga telah mengeluarkan Perpres 68 Tahun 2022 yang berisi tentang revitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasi.

“Kita melihat peluang pekerjaan itu banyak yang menyasar kepada skill dan kompetensinya anak-anak yang sudah mendapatkan vokasi di SMK, atau mungkin di Diploma. Tapi problemnya adalah ketidaksesuaian antara pendidikan dan pelatihan yang disiapkan dengan kebutuhan pasar kerja. Maka, Perpres ini adalah digitalisasi pendidikan dan pelatihan harus berorientasi kepada kebutuhan pasar kerja,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu, Menaker juga menekankan bahwa saat ini yang paling penting dan dibutuhkan oleh industri terhadap tenaga kerja adalah skill.

“Sehingga kemudian pendidikan dan pelatihan menyesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja, dunia usaha dan dunia industri,” pungkas Ida. (ris/bil/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Senin, 29 April 2024
29o
Kurs