Jumat, 3 Mei 2024

Minyak Turun di Awal Perdagangan Asia Imbas Pelambatan Ekonomi Global

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
ilustrasi harga minyak turun, Foto: Pixabay

Harga minyak melemah di awal perdagangan Asia pada Rabu pagi (5/7/2023), memangkas kenaikan pada hari sebelumnya, karena kekhawatiran atas perlambatan ekonomi global yang mengurangi permintaan bahan bakar melebihi ekspektasi pasokan yang lebih ketat terkait penurunan produksi oleh eksportir utama Arab Saudi dan Rusia untuk Agustus.

Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 14 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 76,11 dolar AS per barel pada pukul 00.27 GMT, setelah terangkat 1,60 dolar AS pada Selasa (4/7/2023).

Melansir Antara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS berada di 71,14 dolar AS per barel, naik 1,35 dolar AS atau 1,9 persen dari penutupan Senin (3/7/2023), setelah diperdagangkan melalui liburan AS untuk memperingati Hari Kemerdekaan tanpa penyelesaian perdagangan.

“Harga minyak berada di bawah tekanan lagi karena kekhawatiran atas perlambatan ekonomi global dan kenaikan suku bunga lebih lanjut di Amerika Serikat dan Eropa,” ujar Tomomichi Akuta, ekonom senior di Mitsubishi UFJ Research and Consulting.

“Pasar kemungkinan akan terus bergerak bolak-balik untuk beberapa waktu, dengan fokus pada indikator ekonomi di China dan kebijakan moneter oleh bank-bank sentral,” ucapnya, memperkirakan Brent akan diperdagangkan sekitar 75 dolar AS per barel.

Arab Saudi, pengekspor minyak mentah terbesar dunia, pada Senin (3/7/2023) mengatakan akan memperpanjang pengurangan produksi sukarela sebesar 1 juta barel per hari (bph) hingga Agustus, sementara Rusia dan Aljazair secara sukarela menurunkan tingkat produksi dan ekspor Agustus masing-masing sebesar 500.000 barel per hari dan 20.000 barel per hari.

Langkah itu hanya mengangkat pasar sementara. Keputusan terbaru oleh Saudi dan Rusia dapat dilihat sebagai sinyal bearish untuk harga-harga, karena menegaskan pandangan optimistis tentang pertumbuhan permintaan yang goyah.

OPEC+, kelompok yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu termasuk Rusia yang memompa sekitar 40 persen minyak mentah dunia, telah memangkas produksi minyak sejak November karena harga yang lesu.

Namun, investor tetap mengkhawatirkan permintaan minyak, setelah survei bisnis menunjukkan penurunan aktivitas pabrik global karena permintaan yang lesu di China dan Eropa.

Para pedagang akan mencari isyarat permintaan dari data industri pada minyak mentah AS dan persediaan produk dari American Petroleum Institute (API) pada Rabu dan data pemerintah pada Kamis (6/7/2023), keduanya tertunda satu hari karena liburan AS.

Persediaan minyak mentah AS diperkirakan turun sekitar 1,8 juta barel dalam seminggu hingga 30 Juni, yang akan menandai penurunan pekan ketiga berturut-turut, empat analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan. (ant/dvn/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Jumat, 3 Mei 2024
26o
Kurs