Sabtu, 27 April 2024

Balai Pemuda Berhias, Tapi 2 Cagar Budaya Penting di Surabaya Kusam

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Rumah lahir Soekarno di Jl. Pandean, Surabaya, kusam. Foto: Totok suarasurabaya.net

Selain sudah dilakukan pengecatan ulang beberapa waktu sebelumnya, menjelang peringatan HUT ke 69 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, Senin (11/8/2014) umbul-umbul merah putih dipasang di kompleks Balai Pemuda, Surabaya.

Menjadi makin cantik dan indah. Demikian juga dengan bangunan Gedung Negara Grahadi, di Jl. Gubernur Suryo, Surabaya, Senin (11/8/2014) sejumlah pekerja sejak beberapa hari sebelumnya terlihat membersihkan, dan melakukan pengecatan ulang pada bagian depan atas Grahadi.

Persiapan menjelang peringatan HUT ke 69 Kemerdekan Republik Indonesia di dua tetenger penting Kota Surabaya itu jauh berbeda dengan kondisi dua cagar budaya penting negeri ini yang kebetulan lokasinya berada di Kota Surabaya.

Senin (11/8/2014) sepekan menjelang peringatan HUT ke 69 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, rumah di Jl. Pandean gang IV nomor 40 Surabaya yang tidak lain adalah tempat lahir Soekarno presiden pertama Republik Indonesia kondisinya masih sepi.

Meski sebuah spanduk lengkap dengan gambar Soekarno masih terpampang di atas rumah sederhana tersebut, tidak ada umbul-umbul atau hiasan bernuansa merah putih lainnya. Padahal dirumah itulah sang proklamator Indonesia konon dilahirkan.

Kusam, dingin, dan sepi. Dirumah tinggal Haji Omar Said (HOS) Tjokroaminoto, tokoh penting dimasa muda Soekarno, lantaran Soekarno pernah mondok dirumah dikawasan Jl. Peneleh, Surabaya, Senin (11/8/2014) ini juga nampak biasa-biasa saja.

Tidak ada hiasan merah putih di rumah yang didominasi warna hijau tersebut. Hanya sebuah bendera dengan warna merahnya yang hampir pudar, bertengger pada tiang didepan rumah, diluar pagar. Selain rumah tempat Soekarno mondok, pemilik rumah sendiri, HOS Tjokroaminoto, adalah tokoh pergerakan Islam yang cukup ternama.

“Seharusnya, cagar budaya penting seperti itu bisa dihidupkan. Terus dilakukan aktifitas-aktifitas menarik, mendidik, yang positif, agar masyarakat atau siapapun tahu dan mengerti bagaimana sebenarnya para pendiri bangsa ini hidup dimasanya. Tidak dibiarkan tanpa greget seperti itu,” papar Freddy H. Istanto pemerhati cagar budaya sekaligus direktur Sjarikat Poesaka Soerabaia pada suarasurabaya.net, Senin (11/8/2014).(tok/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Sabtu, 27 April 2024
27o
Kurs