Jumat, 3 Mei 2024

DPRD Surabaya Minta Izin Tiga Pasar Dicabut

Laporan oleh Dwi Yuli Handayani
Bagikan

Komisi B Bidang Perekonomian DPRD Surabaya meminta Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Pemkot Surabaya segera mencabut izin operasional tiga pasar yang telah dinyatakan melakukan pelanggaran.

Edi Rachmat Sekretaris Komisi B DPRD Kota Surabaya di Surabaya, Kamis (20/7/2017) menilai Disperindag Surabaya lamban dalam menertibkan tiga pasar tradisional yang selama ini melanggar aturan dengan menjual barang dagangan secara grosir. Tiga pasar itu yakni Pasar Tanjungsari 74, Pasar Tanjungsari 36 dan Pasar Dupak Rukun 103.

“Setelah adanya pembekuan perizinannya mestinya langsung pencabutan, terbitkan bantib (bantuan penertiban) ke Satpol PP untuk dilakukan penutupan,” katanya seperti dilansir Antara.

Edi menilai Disperindag Surabaya seolah membuat aturan sendiri dalam menegakan perda maupun peraturan wali kota (perwali), dimana setelah keluar surat pembekuan Izin Usaha Pengelolaan Pasar Rakyat (IUP2R) terhadap tiga pasar itu, namun masih memberikan kelonggaran 30 hari. Jika pengelola tidak mentaati aturan selama 30 hari, maka IUP2R akan dicabut.

“Menurut saya, perwali tidak mengatur itu (waktu 30 hari),” ujarnya.

Dari penulusuran di Perda Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan dan Pemberdayaan Pasar Rakyat pasal 28 ayat 2, dan Perwali Nomor 53 tahun 2015 Tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Pelanggaran Peraturan Daerah Kota Surabaya Perda 1/2015, tidak tidak pernah mengatur pemberian tenggat waktu 30 hari.

Tiga pasar yang terbukti menjual secara grosir telah dibekukan Dinas Perdagangan Kota Surabaya sejak 12 Juli 2017. Pembekuan tersebut karena pengelola ketiga pasar itu dinilai tidak mengindahkan surat peringatan 1 hingga 3 yang dilayangkan oleh Disperindag.

Arini Pakistyaningsih Kepala Disperindag Surabaya sebelumnya mengatakan memastikan surat pembekuan IUP2R itu sudah dilayangkan sejak 12 Juli 2017. Pada tanggal itu, sudah masuk jatuh tempo sejak dilayangkannya surat peringatan tiga (SP-3) pada Selasa (30/5/2017).

“Surat pembekuannya tertanggal 12 Juli 2017, karena sesuai jatuh temponya. Itu sudah ditandatangani sebelum rapat dengar pendapat di Komisi B DPRD Surabaya pada 13 Juli 2017,” kata Arini.

Padahal, pada saat rapat dengar pendapat di Komisi B itu, Sultoni Kasi Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perdagangan Kota Surabaya yang hadir mewakili Arini mengatakan surat pembekuan itu sudah dibuat dan sudah ada di meja Arini, sehingga sore harinya bisa dikirimkan kepada tiga pasar yaitu Pasar Tanjungsari 74, Pasar Tanjungsari 36 dan Pasar Dupak Rukun 103.

Menurut Arini, setelah pasar grosir ilegal itu dibekukan, maka proses selanjutnya adalah pencabutan IUP2R, dan penutupan pasar rakyat melalui penyegelan. Ia mengaku mengikuti tahapan-tahapan yang sudah diatur di dalam Perda Nomor 1 Tahun 2015 dan Perwali Nomor 54 tahun 2015.

Arini mengklaim tenggat waktu 30 hari, sebelum proses pencabutan izin dilaksanan itu diatur dalam Standart Operation Procedur (SOP) Dinas Perdagangan Kota Surabaya. “Itu ada di SOP Disperindag yang masing-masing 30 hari,” ujarnya. (ant/dwi/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Jumat, 3 Mei 2024
26o
Kurs