Jumat, 29 Maret 2024

Campak Mulai Menyebar di Lombok, Dinkes Jatim Langsung Turun Tangan

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Ilustrasi. Foto: Antara

Pasca gempa bumi beruntun yang menimpa wilayah Lombok, NTB, hingga yang terakhir Minggu (19/8/2018) mencapai 7 SR, beberapa penyakit ikut menyebar di wilayah tersebut. Khususnya penyakit campak yang banyak ditemukan di daerah Senggigi.

dr.Kohar Hari Santoso Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur kepada Radio Suara Surabaya mengatakan, pihaknya telah mengerahkan tim medis untuk menindaklanjuti penyebaran penyakit ini.

“Habis ini kami akan ke Senggigi, nanti akan kita cari dan kita koordinasikan untuk imunisasi. Karena kalau dari dinkes sendiri pasukannya kurang, akan kita carikan (relawan, red) dari Jawa Timur,” ujarnya, Selasa (21/8/2018).

Campak sendiri merupakan penyakit yang disebabkan infeksi virus. Penyakit ini dapat menular dan dapat mengarah ke komplikasi yang lebih serius setelah satu hingga dua minggu virus masuk ke dalam tubuh. Menindaklanjuti kasus ini, dr. Kohar mengaku akan mengindentifikasi kembali penyebab penyebaran virus ini.

“Nah yang kita khawatirkan ini, karena itu virus jadi bisa menyebar dengan cepat. Maka akan kita cari (penyebabnya, red), kalau betul akan kita identifikasi dulu, apakah karena hepatitis biasa atau karena virus campak,” tambahnya.

Sedangkan disisi lain, tim kesehatan menemui banyak kendala dalam hal penanganan korban. Salah satunya adalah fasilitas kesehatan yang sudah tidak berfungsi.

“Kita berhadapan dengan fasilitas yang sudah porak poranda. Rumah sakit banyak yang sudah tidak dapat dipakai, begitu juga puskesmas. Rumah sakit di Mataram bahkan merawat (pasien, red) di lapangan,” katanya.

Pihaknya mengaku telah mengerahkan bantuan untuk para korban dan pasien. Bantuan-bantuan yang berasal dari gabungan tim dan dinas kesehatan di Jawa Timur ini diantaranya 68 dokter spesialis, 53 dokter umum, 108 perawat, 5 bidan dan 1 apoteker.

Sedangkan secara keseluruhan, menurut dr. Kohar, tim penanganan korban bencana mengedepankan empat hal, yakni tempat berlindung, air, nutrisi atau makanan dan sanitasi yang memadai. Setelah itu, baru selanjutnya korban memerlukan menanganan mental terkait trauma gempa.

“Lalu fase berikutnya baru trauma healing, mentalnya direstorasi. Mereka sangat trauma sekali, ada getaran sedikit langsung ketakutan. Tidak ada berani yang tidur di gedung, semua di lapangan,” imbuhnya.(tin/rst)

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Porsche Seruduk Livina di Tol Porong

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 29 Maret 2024
25o
Kurs