Kamis, 28 Maret 2024

Pentingnya Kekayaan Intelektual Dibahas di Menjawab Tantangan Penelitian Dosen

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Diskusi membahas kekayaan intelektual dikupas di kampus Universitas Narotama Surabaya. Foto: Istimewa

Workshop bertema Menjawab Tantangan Penelitian Dosen yang digelar Rabu (12/12/2018) Universitas Narotama Surabaya memaparkan pentingnya perlindungan kekayaan intelektual berupa hak paten bagi produk penelitian dosen.

“Sebelum melakukan penelitian atas suatu ide, ada baiknya dosen memeriksa apakah ide tersebut sudah ada yang memiliki dengan hak paten. Jika belum, maka lakukan penelitian tersebut setelah mendaftarkan hak paten atas ide tersebut,” terang Felix Pasila, S.T.,M.Sc.,Ph.D, sebagai narasumber.

Hak kekayaan intelektual bukan hanya hak paten, tapi juga bisa berupa rahasia dagang, desain tata letak sirkuit terpadu, hak cipta, merek, desain industri, dan perlindungan varietas tanaman.

Felix mencontohkan pada 1937 Joseph Friedman menemukan ide sedotan yang memiliki bagian yang dapat ditekuk setelah melihat anaknya kesulitan saat sedang minum milkshake, yang kemudian oleh Joseph Friedman dipatenkan sebagai penemuan miliknya.

“Beberapa faktor yang menentukan suatu ide itu bisa dipatenkan antara lain adalah kebaruannya, kemudian langkah inventifnya, dan apakah ide tersebut dapat diterapkan di industri,” lanjut Felix.

Dampak perlindungan kekayaan intelektual ini sangat besar pada produk penelitian dosen. Antara lain adalah sebagai insentif bagi investasi dalam berinovasi, sebagai akses dana bagi inventor, bisa juga sebagai akses pengetahuan dan invensi.

“Serta sebagai sarana daya kompetisi internasional dan perdagangan, dan sebagai penyebar informasi dan sumber inspirasi untuk lahirnya karya-karya baru,” tambah Felix.

Namun, banyak juga penemuan atau invensi yang gagal dan mengalami penolakan saat pendaftaran hak paten. “Biasanya karena proses atau produk tersebut bertentangan dengan hukum, moralitas agama, ketertiban umum, dan kesusilaan. Bisa juga karena ide itu berkenaan dengan metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan, dan pembedahan hewan atau manusia,” lanjut Felix.

Selain itu ada pula ide berupa teori dan metode bidang ilmu pengetahuan dan matematika, atau invensi biologis yang esensial untuk produksi tanaman atau hewan yang kemudian ditolak hak patennya.

“Pendaftaran hingga mendapatkan sertifikat hak paten ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Dari awal pendaftaran kira-kira membutuhkan waktu sekitar 5 tahun. Maka dari itu harus dilakukan dengan serius sejak ide tersebut akan didaftarkan,” pungkas Felix Pasila.(tok/rst)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Porsche Seruduk Livina di Tol Porong

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Kamis, 28 Maret 2024
26o
Kurs