Kamis, 9 Mei 2024

Kepala BNPB Mengingatkan, Gempa dan Tsunami Pernah Terjadi di Banyuwangi

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Doni Monardo Kepala BNPB berbincang dengan Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim di Grahadi, Kamis (11/7/2019). Foto: Humas Pemprov Jatim

Pada tahun 1994 silam pernah terjadi gempa dan tsunami di Banyuwangi dengan korban jiwa lebih dari 250 jiwa. Letjen Doni Monardo Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berharap masyarakat tidak melupakan peristiwa itu.

“Itulah kenapa kami memilih Banyuwangi sebagai lokasi pelepasan tim ekspedisi desa tangguh bencana (Destana),” kata Doni di Gedung Negara Grahadi, Kamis (11/7/2019), dalam keterangan pers yang diterima suarasurabaya.net, Jumat (12/7/2019).

Hari ini, Kepala BNPB dan rombongan, yang kemarin mengunjungi Gedung Negara Grahadi dalam rangka pertemuan dengan Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur, melakukan serangkaian kegiatan di Jawa Timur yang dipusatkan di Banyuwangi.

Dia menyatakan tentang salah satu peristiwa bencana dalam sejarah Jawa Timur itu agar masyarakat tidak lupa kepada peristiwa itu. karena menurutnya, ukan tidak mungkin, gempa dan tsunami di Banyuwangi itu kembali terjadi.

Tujuannya, supaya masyarakat Jawa Timur, terutama masyarakat di Kabupaten Banyuwangi lebih waspada terhadap segala potensi bencana yang terjadi akibat gempa bumi maupun tsunami.

Destana yang akan dia lepas di Banyuwangi, menurutnya tidak hanya akan melakukan ekspedisi di sekitar Jawa Timur saja, tetapi meliputi seluruh desa yang ada di wilayah pesisir selatan Pulau Jawa sampai di Provinsi Banten.

Doni mengatakan, di Indonesia terdapat sebanyak 5.744 desa yang rawan tsunami. Dari jumlah itu, 584 desa di antaranya berada di Pulau Jawa bagian selatan. Destana akan berkunjung ke daerah-daerah prioritas untuk mengedukasi penduduk.

“Mereka akan mengedukasi penduduk sekaligus memberikan pola-pola kesiapsiagaan atau mitigasi, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir jika terjadi bencana. Mereka harus tahu bagaimana cara menyelamatkan diri,” katanya.

Doni mencontohkan, bila terjadi gempa besar yang bisa dirasakan penduduk selama sekitar 30 detik, maka kurang dari tiga menit, tanpa menunggu peringatan, alarm, atau sirine, penduduk harus segera menuju ke daerah yang tingginya sekitar 30 meter dari permukaan laut.

“Jadi gampang mengingatnya, 30 detik, kurang dari 30 menit harus menuju ke tempat yang tingginya 30 meter,” katanya.(den/iss/ipg)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Kamis, 9 Mei 2024
29o
Kurs