Kamis, 28 Maret 2024

Pataka: Pemerintah Harus Hati-hati Terkait Isu Jagung

Laporan oleh Dwi Yuli Handayani
Bagikan
Ilustrasi

Yeka Hendra Fatika Ketua Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (Pataka) mengemukakan, pemerintah harus sangat berhati-hati dalam mengelola isu jagung yang sering disebut mengalami produksi yang surplus ini.

“Kementerian Pertanian perlu berhati-hati dalam memproduksi isu surplus jagung,” kata Yeka Hendra Fatika ketika menjadi pembicara dalam diskusi “Data Jagung yang Bikin Bingung” yang diselenggarakan di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (21/2/2019).

Menurut dia, jagung atau padi biasanya digunakan di lahan yang sama, sehingga biasanya petani dalam satu musim bisa saja menanam padi setelah menanam jagung.

Padahal, ia mengingatkan bahwa angka produksi padi sudah dikoreksi oleh BPS, dengan overestimasi sebesar 43,43 persen, sehingga produksi jagung juga berpotensi mengalami hal yang sama.

“Di jagung, saya hakkulyakin juga terjadi overestimasi. Angka overestimasinya bisa berada di atas padi,” paparnya, seperti dilansir Antara.

Yeka menyoroti bahwa Kementan mencatat surplus jagung sebesar 12,92 juta ton, yang disebabkan adanya luas panen jagung 2018 sekitar 5,3 juta hektare.

Maka dengan asumsi 1 hektare memerlukan benih jagung rata sebesar 20 kilogram, maka pada 2018 ini memerlukan benih jagung sebanyak 106.000 ton benih.

Padahal, lanjutnya, kapasitas produksi benih nasional diperkirakan tidak pernah melebihi 60.000 ton benih.

Nanug Pratomo Peneliti Visi Teliti Saksama mengingatkan bahwa kondisi permintaan terhadap jagung masih belum mencapai keseimbangan dengan jagung yang diproduksi.

Selain itu, ujar dia, disorot pula mengenai persoalan panjangnya rantai distribusi yang menjadi salah satu penyebab mengapa harga jagung fluktuatif.

“Selama jagung belum bisa ‘full’ memenuhi kebutuhan dalam negeri, impor jagung dibutuhkan, setidaknya dalam jangka pendek,” paparnya.

Sedangkan Dean Novel Presidium Agri Watch menyatakan banyak kalangan berulang-ulang mengingatkan tentang karut marut pengelolaan pangan khususnya jagung apalagi kebutuhan konsumsi pakan peternak diperkirakan akan terus meningkat.

Dean Novel mengusulkan adanya sistem dan mekanisme pertanian yang berkelanjutan. (ant/dwi)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Porsche Seruduk Livina di Tol Porong

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Kamis, 28 Maret 2024
26o
Kurs