Rabu, 24 April 2024

Kemensos Dukung Penerapan Terapi Seni dalam Pendidikan Difabel

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat (tengah) saat meninjau hasil karya penyandang disabilitas. Foto: Antara/Humas Ditjen Rehsos.

Kementerian Sosial (Kemensos) mendukung upaya peningkatan kemandirian penyandang disabilitas melalui penerapan terapi seni dalam pelayanan pendidikan dan pelatihan bagi para difabel.

“Ini bisa membangkitkan respek terhadap kondisi kaum yang memiliki kemampuan berbeda. Maka itu, saya menekankan ke Balai Besar/Balai Rehabilitasi Sosial untuk menjadikan art therapy (terapi seni) sebagai kurikulum,” kata Harry Hikmat Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial dalam siaran pers kementerian yang diterima di Jakarta, Minggu (1/11/2020).

“Karena akan ada peningkatan level, bukan sekedar terampil tapi ahli,” ia menambahkan.

Harry menghadiri acara penandatanganan nota kesepahaman antara UKM Creative Business Of Difable Community (CIDCO) dan Artherapy Center Widyatama Bandung dengan Yayasan Komunitas Tionghoa Peduli dan PT Lintas Sinergi Jabarindo dalam program kerja bidang industri kreatif di Artherapy Center Widyatama, Kota Bandung, Sabtu (31/10/2020).

CIDCO dan Artherapy Center Widyatama Bandung menyelenggarakan pendidikan selevel Diploma 3 bagi penyandang disabilitas dan menggunakan pendekatan terapi seni dalam kegiatan pendidikan bagi difabel.

“Ketika penyandang disabilitas masuk di Artherapy Center, mereka akan mendapat sertifikat kompetensi, sehingga mereka mampu bersaing di dunia industri,” tutur Harry seperti yang dilansir Antara.

Kementerian Sosial menyatakan akan mendukung upaya pengembangan pendidikan difabel berbasis terapi seni, antara lain dengan meningkatkan kapasitas Balai Besar/Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas di bawah Kementerian Sosial.

Anne Nurfarina Penasihat Artherapy Center Widyatama dan Ketua Dewan Penasehat CIDCO menerangkan, terapi seni merupakan metode dengan fleksibilitas tinggi untuk membangkitkan kemampuan fitrah penyandang disabilitas.

“Contoh adalah autistik, karena mereka memiliki hambatan di komunikasi. Kami menggunakan metode membangun respons komunikasi agar terjadi interaksi, lalu kami memberikan pengetahuan untuk mengubah stigma bahwa kecerdasan itu bukan hanya jago matematika,” kata Anne.

Sementara itu, Sri Juniati Ketua Pembina Yayasan Widyatama mengatakan bahwa penanganan masalah sosial tidak bisa dilakukan sendiri oleh keluarga dan komunitas, namun membutuhkan dukungan kuat dari pembuat kebijakan.

“Hadirnya Dirjen Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial mempertegas tidak hanya kehadiran fisik, tapi keberlanjutan untuk sekarang dan masa mendatang. Kami berharap para penyandang disabilitas ini bisa semakin mandiri dan menjadi inspirator bagi masyarakat luas,” katanya.(ant/tin)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Rabu, 24 April 2024
27o
Kurs