Jumat, 19 April 2024

Wabah Corona Bikin Tukang Ojek Online di Jakarta Galau

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Mansur salah satu ojek online di Jakarta, yang ditemui suarasurabaya.net. Foto: Farid suarasurabaya.net

Wabah Virus Corona (COVID-19) yang melanda berbagai belahan dunia termasuk Indonesia, berdampak pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

Beberapa waktu sesudah ada orang yang terdeteksi positif terinfeksi Virus Corona di Tanah Air, Pemerintah Pusat dan daerah mulai melakukan pembatasan mobilitas orang.

Anjuran belajar, bekerja dan beribadah di rumah, dan batasan/jarak dalam bersosialisasi (social distancing) dikampanyekan sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran virus.

Di sisi lain, ternyata ada kalangan masyarakat yang merasa galau dengan anjuran pemerintah untuk tetap di rumah. Salah satunya para kepala rumah tangga yang menjadi tukang ojek berbasis dalam jaringan (ojek online).

Pagi hari ini, Selasa (24/3/2020), suarasurabaya.net berbincang dengan beberapa orang laki-laki dengan rentang usia 23 sampai 40 tahun yang sehari-hari menjadi tukang ojek online di daerah Duren Sawit, Jakarta Timur.

Dari tiga orang itu, mereka semua mengaku sadar ada wabah COVID-19 di Jakarta, dan takut terinfeksi virus yang sampai sekarang belum ada obatnya.

Tapi, kalau mereka diam di rumah mengikuti anjuran pemerintah, konsekuensinya tidak dapat uang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Maka dari itu, mereka berupaya meningkatkan kewaspadaan dengan cara selalu memakai masker medis, dan membawa cairan pembersih tangan (hand sanitizer).

Para tukang ojek online itu juga meminta penumpang yang diboncengnya menjaga jarak waktu duduk di atas jok motor. Walau pun hal itu agak susah dilakukan begitu motor sudah jalan.

Mansur salah seorang tukang ojek online mengatakan, pilih-pilih lokasi yang akan dituju calon penumpangnya. Dia menghindari kalau tujuan orderannya ke daerah Jakarta Selatan.

Karena, dia mendengar informasi kalau Jakarta Selatan area rawan, paling banyak orang terinfeksi Virus Corona di daerah itu.

Imbas dari wabah COVID-19, pendapatan para tukang ojek online, kata Mansur, menurun drastis. Kalau biasanya dalam rata-rata sehari bisa mendapat 10-15 orderan, sekarang paling cuma 5 orderan mengantar penumpang atau kirim barang.

“Kalau takut sama Virus Corona ya semua orang juga takut. Tapi, gimana caranya saya kerja di rumah, saya kan ngojek? Jaga jarak sama penumpang kan nggak bisa. Kalau di rumah, terus kepikiran kebutuhan makan, ya saya keluar (ngojek) lagi,” ujarnya.

Mengenai masker medis, Mansur menyebut sudah tidak disediakan oleh perusahaan aplikator ojek. Jadi, dia harus mengeluarkan uang sendiri untuk membeli.

Sayangnya, lanjut Mansur, harga masker sekarang mahal dan barangnya susah didapatkan.

Sekadar informasi, berdasarkan keterangan Achmad Yurianto Juru Bicara Pemerintah Khusus untuk Penanganan Virus Corona, sampai hari Senin (23/3/2020), tercatat ada 579 kasus positif COVID-19.

Kasus terbanyak ada di wilayah DKI Jakarta, yaitu 353 kasus, di mana 23 di antaranya sembuh, dan 29 pasien meninggal dunia.

Menurut Dokter Yurianto, penyebab cepatnya penambahan jumlah orang yang terinfeksi di Jakarta adalah mobilitas penduduk yang tinggi, sehingga peluang kontak fisik dengan orang positif Corona lebih besar.

Dari total sementara 579 kasus di Indonesia, 500 pasien masih menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit. Lalu, ada 30 pasien yang sembuh, dan 49 pasien meninggal dunia.

Secara global, COVID-19 dilaporkan mewabah di 192 negara. Sebanyak 341.330 orang terkonfirmasi positif, 99.040 pasien sembuh, dan ada 14.746 orang yang meninggal dunia. (rid/ang/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 19 April 2024
29o
Kurs