Jumat, 29 Maret 2024

Jatim Sudah Zona Kuning, Satgas Tetap Waspadai Kenaikan Kasus

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Dokter Jibril salah satu anggota Tim Satgas COVID-19 yang menyusun pertanyaan asesmen saat menjelaskan website di Grahadi, Rabu (18/3/2020). Foto: Denza suarasurabaya.net

Berdasarkan data dari Satgas Covid-19 Nasional per 22 September 2021, sebanyak 38  kabupaten/kota di Jawa Timur semuanya sudah masuk  zona kuning atau risiko rendah penyebaran Covid-19. Dengan capaian ini, daerah dengan zona kuning di Jatim sudah mencapai 100 persen.

Sebanyak 21 daerah di Jawa Timur berada di level 1, dan 17 sisanya berada di level 2.

Meskipun berada di zona kuning, namun berdasarkan Inmendagri beberapa daerah di Jawa Timur statusnya masih berada di level 2 dan 3, karena ada indikator yang diperbarui yaitu capaian vaksinasi dan wilayah aglomerasi.

Kata Dokter Makhyan Jibril, anggota Gugus Tugas Kuratif Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim, pemerintah tetap mewaspadai potensi kenaikan kasus terutama di awal dan akhir tahun meskipun kasusnya melandai akhir-akhir ini.

“Covid selalu dari tahun ke tahun modelnya kayak roller coaster. Berhasil menurunkan tapi setelah fenomena tertentu seperti libur panjang dan mobilitas naik drastis, kasusnya naik lagi. Dulu Jatim pernah jumlah kasus tertingginya se-Indonesia bulan Juli tapi kemudian turun, lalu Desember-Januari naik lagi,” kata Dokter Jibril dalam program Wawasan di Radio Suara Surabaya, Kamis (23/9/2021).

“Ini yang kita khawatirkan di Jatim. Melihat pola seperti itu bisa jadi akhir tahun atau awal tahun ada potensi penambahan kasus,” lanjutnya.

Untuk memonitor hal tersebut, pihaknya menjelaskan, harus dengan memiliki alat navigasi yang efektif. Salah satunya dengan asesmen Kemenkes yang selalu memonitor perubahan data Covid-19 di Indonesia. Asesmen Kemenkes ini yang kemudian menjadi indikator, sembari di lapangan dilakukan percepatan vaksinasi dan penegakan protokol kesehatan.

Selain itu juga dengan penerapan aplikasi PeduliLindungi untuk melakukan skrining di area pembukaan aktivitas ekonomi, yang diharapkan dapat menjadi titik tengah.

Pihaknya juga mengatakan, untuk mewaspadai kenaikan kasus pascaliburan akhir tahun, tempat wisata yang sudah buka harus punya sertifikat CHSE serta menerapkan aplikasi PeduliLindungi untuk skrining.

“Wisata akan dibuka pelan-pelan sambil dimonitor daerah atau wisata mana yang dibuka. Diukur juga seberapa besar dampak ekonomi bila dibandingkan dampak kesehatannya. Kita monitor juga daerah mana yang akan dibuka lagi tempat wisatanya,” terangnya.

Selain itu menurutnya kapasitas keterisian tempat tidur (BOR) di sejumlah rumah sakit juga masih mencukupi. Saat ini BOR untuk isolasi terisi sebanyak delapan persen, dan ICU 15 persen.

“Kita mencegah mulai dari hulu dengan skrining yang diperketat, dan hilirnya rumah sakit yang sangat siap,” pungkasnya.(dfn/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Porsche Seruduk Livina di Tol Porong

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 29 Maret 2024
32o
Kurs