Kamis, 25 April 2024

Kemenkes Ajak Masyarakat Kolaborasi Cegah Bunuh Diri

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Ilustrasi. bunuh diri. Grafis: suarasurabaya.net

Dr. Celestinus Eigya Munthe Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza (P2MKJN) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengajak masyarakat berkolaborasi membangun sistem kesehatan mental yang baik untuk mencegah terjadinya bunuh diri di Indonesia.

Dalam rangka memperingati Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia yang jatuh pada 10 September, Dr. Celestinus mengatakan, bunuh diri menjadi masalah yang cukup besar di dunia. Ditambah lagi kondisi pandemi Covid-19 yang membuat orang semakin tertekan sehingga menyebabkan meningkatnya gangguan kesehatan jiwa.
​​
“Kita wajib membangun kesehatan mental, kesejahteraan di masyarakat bersama-sama dengan berkolaborasi antara masyarakat, pemerintah dan sektor swasta serta lembaga swadaya masyarakat ataupun organisasi profesi untuk bersama-sama membangun sistem kesehatan mental yang baik,” ujar Dr. Celestinus dalam webinar “Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia” yang dilaporkan Antara pada Sabtu (11/9/2021).

Dr. Celestinus mengatakan bunuh diri selalu dikaitkan dengan masalah kesehatan mental atau kesehatan jiwa. Bunuh diri juga menjadi penyebab kematian tertinggi kedua pada usia 15-29 tahun.

WHO menyatakan bahwa setiap 40 detik terdapat satu orang yang meninggal bunuh diri atau setara dengan 800 ribu orang setiap tahun.

Menurut data kepolisian di Indonesia, pada tahun 2020 dilaporkan terdapat 671 orang yang melakukan tindakan bunuh diri. Sedangkan BPS tahun 2020 mencatat, terdapat total 5.787 kasus bunuh diri dan percobaan bunuh diri.

“Tentunya angka ini bukan sekadar angka semata tetapi merupakan bagian dari permasalahan kesehatan jiwa kita secara keseluruhan. Dalam SDGs, secara spesifik menyebutkan bahwa indikator kesehatan jiwa adalah adanya upaya menurunkan angka bunuh diri,” kata Dr. Celestinus.

Penyebab bunuh diri dipercaya merupakan hasil dari interaksi beberapa faktor seperti biologi, genetik, psikologi maupun masalah sosial dan budaya. Oleh karenanya, Dr. Celestinus menilai perlu adanya suatu program khusus untuk pencegahan bunuh diri.

“Kita betul-betul perlu memperhatikan masalah ketahanan mental, bagi anak dan remaja maupun dewasa usia muda terutama saat pandemi ini karena ada tekanan yang sangat hebat dan mengakibatkan terjadinya perubahan secara sosial,” ujar Dr. Celestinus.

Tahun ini, tema Hari Pencegahan Bunuh Diri adalah “Menciptakan Harapan Melalui Tindakan” (Creating Hope Through Action), sebagai pengingat ada jalan keluar selain bunuh diri.

Masyarakat diharapkan dapat berpartisipasi melalui tindakan kecil atau besar, guna memberikan harapan kepada mereka yang sedang berjuang dengan masalah kesehatan jiwa.(ant/iss/den)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Kamis, 25 April 2024
27o
Kurs