Jumat, 19 April 2024

Selfie di Lokasi Bencana Menghilangkan Rasa Empati

Laporan oleh Manda Roosa
Bagikan
Sumber: Instagram suarasurabayamedia

Beredar video viral  yang menampilkan tiga gadis remaja mengabadikan foto-foto di lokasi bencana di Desa Curah Kobokan Kecamatan Candipuro Lumajang. Tak hanya mereka bertiga, di belakangnya tampak beberapa remaja juga melakukan hal yang sama, bahkan dua orang gadis berpose  layaknya model.

Rizky Jurnalis dari Pikiran Rakyat turut prihatin atas perilaku warga yang disebutnya ‘berwisata bencana’

“Sangat disayangkan apalagi tujuannya hanya memamerkan kondisi dan situasi bencana untuk dipamerkan ke media sosial,” kata Rizky yang turut turun ke desa Curah Kobokan yang mengalami dampak paling parah.

Ia pun sempat melihat ada warga yang mengabadikan momen  saat petugas melakukan proses evakuasi jenazah korban erupsi Semeru.

“Kalau kami sebagai jurnalis sudah paham kode etik,  kalau berita yang memuat bencana harus disensor, ada prosedurnya seperti apa, tapi mereka hanya memotret proses evakuasi tersebut tanpa ada proses blur. Perlu adanya edukasi etika, agar mereka memahami untuk tidak mengambil foto dan asal upload,” tegasnya.

Reporter Suara Surabaya.net juga menemui hal serupa di Posko Pengungsi di Lapangan Sumber Wuluh, di lokasi ini selain jadi posko pengungsian juga sebagai posko bantuan, sehingga banyak yang antusias mengirim donasi. Usai memberi bantuan biasanya mereka lalu mengambil gambar diri di depan posko pengungsi, baik sendiri maupun berkelompok.

Foto ini jelasnya dijadikan bukti bahwa mereka benar sudah mengunjungi lokasi bencana dan menyalurkan bantuan donatur kepada para pengungsi, namun mereka seperti bahagia di atas penderitaan orang lain sebab kebanyakan dari mereka ber swa foto dengan memperlihatkan raut muka sedang tersenyum.

Mohamad Ulil Albab wartawan dari IDN juga menyampaikan hal serupa, selama tiga hari bertugas di Lumajang, ia melihat banyak bantuan yang datang dari komunitas, instansi dan lembaga ke warga  terdampak di pengungsian tapi sayangnya bantuan itu menjadi ajang foto bersama bantuan yang diberikan.

“Mestinya kalau butuh bukti bantuan cukup meminta tanda tangan atau foto dari kejauhan di- candid, tanpa ada mengatur senyum atau mengkondisikan untuk mengucapkan terimakasih. Kasihan mereka dalam kondisi bersedih masih diribetkan dengan bantuan dengan beragam syarat,” kata Ulil sapaan akrabnya.

Ulil juga mengatakan bencana erupsi Semeru  terkesan menjadi tontonan dimana komunitas menyerahkan langsung ke lokasi bencana, membuat jalanan menjadi macet apalagi jalur yang digunakan juga sebagai jalur evakuasi.

“Terkesan memberi bantuan sambil jalan-jalan ke lokasi terdampak, mestinya bantuan bisa di satu pintu atau atau satu lokasi saja,” sarannya.

Ulil menegaskan tindakan selfie di lokasi bencana tidak bisa dibenarkan, selain menunjukkan pertanda gejala hilangnya rasa empati pada diri seseorang. Tindakan selfie ini menjadi salah satu hal yang sangat menyakiti para korban bencana.(man/rst)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 19 April 2024
33o
Kurs