Rabu, 1 Mei 2024

Upaya Pelestarian Ulos dengan Meningkatkan Ekosistem Para Penenun

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Ilustrasi Penenun Ulos. Foto: Antara

Wastra nusantara termasuk Ulos sebagai kain khas masyarakat Batak harus terus dilestarikan. Salah satunya dengan menjadikannya sebagai bagian dari produk fesyen yang penuh warna.

Dita Indah Staf Khusus Kementerian Ketenagakerjaan mengatakan, itu tidak lepas dari usaha meningkatkan kemampuan para penenun. Termasuk dalam merancang kain hingga menjadi produk fesyen.

“Selain peningkatan skill menenun, juga kemampuan mereka mendesain kain tenun rancang fesyen atau barang fesyen yang dikombinasikan sehingga colourfull,” katanya.

Dia menyatakan itu dalam konferensi pers memperingati Hari Ulos Nasional 2021 bertajuk “Bangga Bertenun Bangga Berbudaya,” yang dikutip Antara, Sabtu (16/10/2021).

Menurut Dita, para penenun yang sudah bergelut menjalani profesinya sejak lama juga perlu mendapat apresiasi dan pengakuan lembaga. Salah satunya melalui pemberian sertifikasi.

Indonesia saat ini punya standar kompetensi kerja nasional khusus bidang tenun tradisional. Di sisi lain, peluang melatih calon penenun maupun peningkatan kemampuan penenun yang sudah eksis juga menjadi terbuka lebar.

Bukan hanya perkara kemampuan menenun, Dita menilai pentingnya bantuan pembiayaan dan pendampingan agar para penenun bisa lebih mandiri dan memiliki daya tawar terhadap para tengkulak.

Dita mengeklaim, selama ini para penenun kerap tercekik bunga yang sangat tinggi.

Soal itu, Eddy Keleng Ate Berutu Bupati Kabupaten Dairi, Sumatera Utara mengatakan, para penenun sangat bergantung pada penyuplai dana dengan tawaran bunga tinggi yang menyebabkan ekonomi mereka sulit tumbuh.

Dari sisi pemasaran, ketergantungan pada tengkulak atau tauke membuat penenun tidak berdaya menunjukkan daya tawar.

Menurut Eddy, pemerintah daerah sebenarnya berupaya mendorong dan meningkatkan keberlangsungan industri kerajinan dan kreatif, termasuk pelestarian dan pengembangan Ulos.

Sejumlah startegi di antaranya pemberian stimulus kepada UMKM dan Koperasi, pelatihan, dan pendampingan bagi UMKM untuk peningkatan kualitas produksi dan pemasaran sudah dilakukan.

Selaras dengan upaya pelestarian Ulos, Kementerian Ketenagakerjaan bekerja sama dengan Toba tenun sebagai mitra strategis untuk memberdayakan para penenun Ulos. Salah satunya di Toba.

“Kerja sama antara Kemnaker dengan Tobatenun ini adalah perwujudan dari program perluasan kesempatan kerja yang dimiliki Kemnaker untuk melatih, membina, dan memberikan pelatihan manajemen pemasaran para perajin ulos di sekitar danau Toba,” tutur Dita.

Kerri Na Basaria Founder & CEO Tobatenun mengatakan, pelaku dan perajin seringkali terlupakan dalam pelestarian budaya.

Menurutnya upaya pelestarian budaya harus jalan bersamaan dengan upaya perubahan sosial dan pemahaman keseimbangan antara modernisasi dan budaya.

“Sebenarnya masih ada tantangan yang dihadapi para pelaku dan penenun ini, mulai dari kemiskinan, eksploitasi oleh pengepul, tidak menerima upah layak, dan banyaknya isu sosial yang kompleks akibat kemiskinan,” katanya.

Dia bersama para mitranya berusaha membuka peluang melalui sebuah wadah pelatihan yang menjadi sarana pembelajaran dan pendidikan bagi penenun yang kurang mempunyai kesempatan.

Dari sisi produksi Ulos, Kerri berfokus pada revitalisasi budaya wastra ke akarnya, menggunakan material alam, serat, pewarnaan maupun teknik yang menurutnya saat ini telah jarang digunanakan dan hampir punah.

“Kami mendorong digunakannya pembuatan tenun yang bertanggung jawab pada lingkungan dan pembuatan ramah lingkungan yang mengutamakan prinspip berkelanjutan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Kerri bersama Tobatenun memperkenalkan Ulos ke pasar Internasional melalui partisipasinya dalam TENUN Fashion Week yang diselenggarakan secara virtual pada 15-17 Oktober 2021.

Pagelaran itu dijadwalkan menampilkan 45 komunitas tenun yang berpartisipasi dari Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.

Tobatenun menghadirkan dua lini produknya yaitu Tobatenun dan BORU. Mereka menampilkan koleksi revitalisasi ulos lawas yang menjadi koleksi pertama untuk distribusi di platform yang hadir dalam motif ragi Hotang, Ragi Idup, dan tumtuman.

Sementara untuk produk baru, Tobatenun menampilkan koleksi ready to swear “Sindar” yang menjadi hasil kerja sama desainer muda dan berbagai UKM dan pengrajin dari Siantar, Yogyakarta, dan Jepara.

Kerri mengaku optimistis wastra nusantara termasuk Ulos bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan bisa dinikmati pasar yang lebih luas seiring semakin banyaknya pihak yang terlibat dalam pelestarian dan pengembangan ekosistemnya.

“Kami yakin upaya ini bisa memberdayakan perajin dan berbagai aktivitas sosial lain dan bisa memberikan dampak yang luas bagi para penenun untuk masa depan yang lebih baik,” kata Kerri.(ant/wld/den)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Rabu, 1 Mei 2024
30o
Kurs