Jumat, 29 Maret 2024

BKKBN Jatim : Pertumbuhan Populasi di Jatim Bukan Growth Zero

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi over work atau terlalu mengejar karir sebagai salah satu penyebab seseorang menunda menikah.

Ancaman resesi seks untuk Indonesia, jadi perbincangan hangat. Indonesia dikatakan berpotensi mengalami resesi seperti halnya yang terjadi di Thailand, Korea Selatan dan Jepang.

Hasto Wardoyo Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, pada Selasa (6/12/2022) lalu mengatakan, meski angka pernikahan di Indonesia saat ini masih tinggi, potensi itu bisa terjadi karena banyak pasangan mulai mengikuti tren untuk menunda pernikahannya. “Usia pernikahan itu mundur, karena semakin menempuh studi, karir dan sebagainya,” kata Hasto.

Untuk diketahui, resesi seks ditandai dengan penurunan angka kelahiran lantaran warga tak ingin melakukan hubungan seks, menikah atau memiliki anak.

Fenomena itu, menurut Hasto banyak terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Selain usia pasangan menikah yang semakin mundur, tren keluarga dengan jumlah anak yang sedikit juga sedang terjadi.

“Jadi bisa saja terjadi minus growth atau zero growth sekarang ini kan beberapa daerah sudah minus growth, zero growth seperti beberapa kabupaten di Jawa Timur (Jatim), Jawa Tengah minus growth jumlah anaknya sedikit,” jelasnya.

Kondisi Laju Pernikahan di Jawa Timur

Terkait pernyataan Hasto, Maria Ernawati Kepala Perwakilan (Kaper) BKKBN Jawa Timur (Jatim) kepada Radio Suara Surabaya menjelaskan, jika saat ini memang ada penurunan angka pernikahan di Jatim.

Maria menjelaskan, data statistik menunjukan pada 2021 pernikahan di Jatim hanya sebanyak 289 ribu sekian atau 17,5 persen dari data nasional. Padahal jumlah penduduk Jatim saat ini mencapai sekitar 40 juta populasi.

“Ada faktor penyebabnya. Kalau penurunan pernikahan, seperti di kota besar itu orang produktif cenderung mengejar karir sehingga terjebak di zona nyaman. Sedangkan untuk resesi seks, pengaruhnya ke orang yang terlalu banyak mengejar karir dan kerja keras sehingga secara fisik akan selalu kelelahan untuk melakukan hubungan itu,” jelas Maria, Senin (12/12/2022).

Sedangkan untuk potensi zero growth atau nihil kelahiran di Jatim, Kaper BKKBN Jatim itu menyebut masih terlalu jauh untuk terjadi.

“Kalau di Jawa Timur masih aman, data sensus 2010-2020 menunjukan laju pertumbuhan masih 0,79. Meski ada sedikit laju pertumbuhan beberapa kabupaten yang masih rendah, sebesar 0,5 persen. Jadi bisa dikatakan ini tidak minus, masih muncul angkanya,” ungkapnya.

Dari hasil sensus tersebut, kata dia, yang perlu diwaspadai justru penurunan jumlah penduduk produktif rentang usia 15 sampai 64 menurun. Jika terus dibiarkan, bisa menyebabkan angka ketergantungan kepada para pekerja yang aktif saat ini.

“Peluang terjadinya resesi seks di Jatim juga cukup kecil. Mengingat, mayoritas masyarakat Indonesia merupakan pemeluk agama islam yang diwajibkan untuk menikah dan berumah tangga,” ucapnya.

Menurutnya BKKBN punya tugas berat kedepan, untuk terus melakukan sosialisasi mewujudkan keluarga yang berkualitas. Baik dari pernikahan yang sehat, jumlah anak yang cukup dan kondisi sosial dalam rumah tangganya. (bil/rst)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Porsche Seruduk Livina di Tol Porong

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 29 Maret 2024
30o
Kurs