Jumat, 19 April 2024

Kemenkes: Kasus Gangguan Ginjal Akut di Indonesia Tembus 323 Orang

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Ilustrasi gangguan ginjal akut.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat jumlah temuan kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) di Indonesia mencapai 323 orang per hari Kamis (3/11/2022).

“Saat ini terdapat 28 provinsi dengan 323 kasus, 34 di antaranya masih dirawat, terbanyak di DKI Jakarta dan Jawa Barat,” ujar Mohammad Syahril Juru Bicara Kemenkes dalam konferensi pers yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat (4/11/2022).

Dia memaparkan, sebanyak 190 orang meninggal dunia, dan sebanyak 99 orang dinyatakan sembuh dari GGAPA.

Kasus GGAPA mau pun angka kematian di dalam negeri, lanjut Syahril, mulai mengalami penurunan setelah Kemenkes menghentikan sementara penjualan dan penggunaan obat sirop pada 18 Oktober 2022.

“Kasus GGAPA mulai meningkat di akhir Agustus, kenaikannya bisa 75-100 pasien, tapi setelah tanggal 18 Oktober itu hanya empat sampai lima dan akhirnya sampai saat ini sedikit sekali,” katanya seperti dilaporkan Antara.

Pada kesempatan itu, Syahril menjelaskan, kasus gangguan gagal ginjal akut bisa disebabkan banyak hal, mulai dari infeksi, dehidrasi, pendarahan, hingga intoksifikasi atau keracunan.

Dari hasil investigasi terhadap gangguan ginjal akut di dalam negeri, mayoritas karena intoksifikasi, terdapat kerusakan di ginjal yang disebabkan zat kimia.

“Kami investigasi melalui surveilans. Setelah kami lakukan penelitian dan penyelidikan, faktor risiko terbanyak penyebab gagal ginjal yang kami teliti ini adalah karena intoksifikasi,” paparnya.

Namun, Dokter Syahril mengatakan, kasus gagal ginjal akut juga bisa terjadi karena penyebab-penyebab lainnya, seperti infeksi bakteri dan lain-lain.

Sebelumnya, Budi Gunadi Sadikin Menteri Kesehatan RI menyatakan faktor risiko terbesar penyebab kematian pasien gangguan ginjal akut di Indonesia karena keracunan senyawa kimia Etilon Glikol (EG) dan Dietilon Glikol (DEG) yang melebihi standar aman pada obat.

“Posisi kami di Kemenkes clear, bahwa faktor risiko terbesar dari kejadian gangguan ginjal akut adalah senyawa EG dan DEG yang melebihi standar yang diminum anak-anak,” katanya.

Menurut dia, faktor lain yang memiliki kemungkinan kecil bisa memicu gangguan ginjal akut adalah infeksi, kelainan genetik, dehidrasi berat, kehilangan darah.(ant/iss/rid)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 19 April 2024
29o
Kurs