Jumat, 29 Maret 2024

Psikolog: Jangan Salahkan Anak Kalau Rapornya Jelek, Orang Tua Harus Refleksi Diri

Laporan oleh Wildan Pratama
Bagikan
Ilustrasi suasana sekolah. Foto: Diskominfo Kota Surabaya

Hampir semua siswa sekolah di Indonesia saat ini telah memasuki penghujung semester. Dalam momentum akhir semester itu murid akan menerima hasil evaluasi selama masa pembelajaran, yang dirangkum di dalam sebuah map atau buku yang disebut rapor sekolah.

Karin Lucia Tanojo Dosen Psikologi Universitas Pelita Harapan (UPH) Surabaya mengatakan, rapor sekolah menjadi bahan evaluasi bagi seorang anak selama menempuh masa belajar dalam satu semester.

Namun menurut Karin, yang kerap menjadi sorotan dalam momentum penerimaan rapor adalah ambisi orang tua yang menginginkan nilai hampir sempurna tapi tidak bisa direalisasikan oleh sang anak.

“Dari sudut pandang orang tua harusnya ada refleksi. Apakah kita sebagai orang tua sudah memperhatikan anak sepenuhnya, apakah sudah melakukan monitoring. Orang tua harus mencari formula untuk memahami anak,” kata Karin saat mengudara di Radio Suara Surabaya, Sabtu (25/6/2022).

Karin melanjutkan, saat orang tua menerima hasil belajar anak yang kurang memuaskan dari guru sebaiknya mendengarkan keseluruhan evaluasi yang disampaikan dan menahan diri untuk tidak memberi komentar kepada anak.

Kata Karin, sebelum mengajak komunikasi anak terkait hasil pembelajaran para orang tua sebaiknya memahami terlebih dahulu karakter sang anak. Karena cara berkomunikasi kepada anak juga penting. Mengingat nilai rapor merupakan hasil belajar panjang yang telah ditempuh anak dengan berbagai usaha yang keras.

“Misalnya si anak adalah tipe yang sensitif, kalau memakai cara keras maka dia akan ciut nyalinya. Dan apa yang kita sampaikan tidak akan dipahami oleh anak,” jelasnya.

Dosen UPH itu juga memberikan tips untuk menutup akhir semester secara menyenangkan bersama anak. Dirinya menyarankan orang tua supaya lebih terbuka dengan kesulitan yang sedang dihadapi oleh sang anak dalam proses pembelajaran.

“Memahami kesulitan yang dialami oleh anak juga akan membantunya untuk mudah terbuka dan menceritakan berbagai kesulitannya. Dengan demikian secara tidak langsung para orang tua sudah melakukan monitoring dan pendampingan,” terangnya.

“Kegagalan sang anak harus kita pahami, karena kegagalan adalah pelajaran untuk anak,” pungkas dia.(wld/dfn)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Porsche Seruduk Livina di Tol Porong

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 29 Maret 2024
26o
Kurs