Senin, 29 April 2024

Kemendes PDTT: Pemerintah Sudah Hasilkan 6.238 Desa Mandiri

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi petani beraktivitas di sawah salah satu Desa Mandiri. Foto: Kementerian Desa PDTT

Data Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menunjukan pemerintah telah berhasil melahirkan sebanyak 6.238 desa, kategori mandiri.

“Sebanyak 6.238 desa mandiri ini seiring dengan berkurangnya desa tertinggal dan sangat tertinggal,” kata Sugito Dirjen Pembangunan Desa dan Pedesaan Kemendes PDTT di Padang, Sumatera Barat, Rabu (31/5/2023) dilansir Antara.

Pemerintah melalui Kemendes PDTT, kata dia, membuat “indeks desa membangun” yang mengklasifikasikan tingkat perkembangan desa menjadi lima kategori. Yaitu, desa sangat tertinggal, desa tertinggal, desa berkembang, desa maju dan desa mandiri.

Saat ini tercatat masih ada 9.584 desa tertinggal dari jumlah sebelumnya, yang mencapai 33 ribu desa tertinggal dan sangat tertinggal.

Khusus di Sumatera Barat, lanjutnya, pada tahun 2023 sudah tidak ada desa kategori sangat tertinggal. Namun, masih terdapat 345 desa tertinggal.

Pada kesempatan itu, ia mengingatkan 106 desa di Sumbar yang baru saja dimekarkan pada tahun 2022 harus menjadi perhatian bersama terutama dalam hal peningkatan dan perkembangan desa.

Adapun soal dana desa, sejak tahun 2015 hingga 2023, pemerintah telah mengucurkan anggaran hingga Rp468 triliun.

Dana tersebut digelontorkan pemerintah dengan fokus pada dua hal. Pertama, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan kedua peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Khusus pada tahun 2023 pemerintah telah menetapkan tiga prioritas penggunaan dana desa, yakni pemulihan ekonomi nasional, program prioritas nasional dan ketiga mitigasi bencana alam maupun bencana nonalam.

Pemulihan ekonomi nasional tersebut diwujudkan melalui pengembangan badan usaha milik desa hingga pengembangan sisi pertanian yang berkaitan erat dengan ketahanan pangan.

“Bahkan, 20 persennya dialokasikan untuk ketahanan pangan. Sebab, ketahanan pangan ini menjadi isu global akibat perubahan iklim maupun dampak konflik Ukraina dan Rusia,” pungkas Sugito. (ant/bil/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Senin, 29 April 2024
31o
Kurs