Jumat, 29 Maret 2024

Paling Banyak Se-Jatim, 700 Ribu Sambaran Petir Terjadi di Pasuruan Selama 2022

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Ilustrasi. Petir. Foto: Pixabay

Wilayah Jawa Timur pada umumnya memiliki curah hujan yang cukup tinggi dan jumlah yang besar. Hal ini disebabkan karena letak geografis yang berpengaruh pada cuaca, musim, gerakan massa udara diatmosfer, kondisi udara dan kondisi permukaan tanah. Sehingga menimbulkan banyaknya terjadi petir di Indonesia.

Stasiun Geofisika Pasuruan melalui keterangan tertulis menyebutkan bahwa selama tahun 2022 terjadi 4.784.160 sambaran petir di wilayah Jawa Timur.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengkategorikan sambaran petir menjadi tiga jenis yaitu cloud to ground positif (CG positif ) dengan jumlah 838.562 sambaran atau 17 persen, cloud to ground negative (CG negative) dengan jumlah 1.718.282 sambaran atau 36 persen, dan sambaran petir intra cloud (IC) dengan jumlah 2.227.316 sambaran atau 47 persen dari total sambaran.

Khusus wilayah Jawa Timur dan sekitarnya selama Januari – Desember 2022, sambaran petir cloud to ground positif dan negatif terbanyak terjadi di Kabupaten Pasuruan yaitu 729.827 sambaran dan paling sedikit di Kota Madiun 287 sambaran.

Aktivitas sambaran petir paling sering terjadi pada bulan Maret yaitu sebanyak 1.172.960 dan terendah pada bulan September dengan 20.734 sambaran.

Puncak sambaran petir pada periode Januari – Desember 2022 pada pukul 15.00 – 16.00 WIB. Sedangkan fase terendah terjadi pada pukul 09.00 WIB.

Sekadar diketahui, petir merupakan fenomena alam yang terjadi karena adanya proses pelepasan muatan elektrostatis, di mana dalam ini pelepasaan muatan ini disertai dengan pancaran cahaya dan radiasi elektromagnetik.

Peristiwa alam yang terjadi di atmosfir bawah yaitu peristiwa pelepasan muatan elektro-statis yang cukup tinggi dan bersifat transient dengan disertai pancaran cahaya dan radiasi elektromagnetik lainnya, seperti misalnya bunyi guntur yang menggelegar.

Perbedaan waktu kemunculan pancaran cahaya dan bunyi gelegar guntur disebabkan adanya perbedaan antara kecepatan suara dan kecepatan cahaya.

Proses terjadinya muatan pada awan karena muatan bergerak terus menerus secara teratur, dan selama pergerakannya dia akan berinteraksi dengan awan lainnya sehingga muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi (atas atau bawah), sedangkan muatan positif berkumpul pada
sisi sebaliknya.

Jika perbedaan potensial antara awan dan bumi cukup besar, maka akan terjadi pelepasan muatan negatif (elektron) dari awan ke bumi atau sebaliknya untuk mencapai kesetimbangan.

Karena terjadinya petir didukung secara relative oleh temperatur tinggi dan kelembapan udara, maka distribusi petir paling banyak terjadi pada daerah tropis.(iss/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Porsche Seruduk Livina di Tol Porong

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 29 Maret 2024
30o
Kurs