Selasa, 21 Mei 2024

Pemkot Surabaya Minta Masyarakat Cermat Kenali Ciri Daging Gelonggongan

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Ilustrasi. Daging sapi di Pasar Arimbi Nyamplungan, Surabaya. Foto: Anton suarasurabaya.net

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya meminta, masyarakat cermat mengenali ciri-ciri daging sapi gelonggongan yang dijual para pedagang.

Antiek Sugiharti Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya menyebut, daging sapi gelonggongan sangat berbahaya bagi kesehatan jika dikonsumsi tubuh.

“Karena kadar air tinggi, otomatis banyak terkontaminasi mikroba bakteri yang menyebabkan (gangguan) kesehatan bagi yang makan. Bisa diare,” jelas Antiek, Rabu (30/8/2023).

Ia minta, jika masyarakat tak mau kesulitan, cukup membeli daging di PD RPH yang sudah dipastikan penyembelihan hingga pemotongan sesuai standar dan dalam pengawasan DKPP.

“Konsumen harus lebih pintar memilih, beli daging seperti apa yang sehat. Beli di RPH aja, lebih aman,” tandasnya.

Lebih rinci, Dokter Hewan Sunarno Aristono Kepala Bidang Peternakan DKPP Kota Surabaya menjelaskan beberapa ciri daging sapi gelonggongan, pertama, nampak pucat.

“Jadi daging gelonggong itu dari sapi yang dipaksa dikasih air sebanyak-banyaknya dengan tujuan meningkatkan berat atau volume sapi. Ketika dipaksa dikasih air, air bisa masuk ke sela-sela daging karena itu ketika disembelih daging dari sapi gelonggongan warnanya berubah menjadi pucat dan berair,” jelas Aris.

Selain pucat, daging akan mengeluarkan air ketika didiamkan.

“Berair itu misalnya satu kilo daging kalau dipadatkan mungkin hanya tujuh ons, sisanya air. Kalau didiamkan daging itu akan mengeluarkan air,” imbuhnya.

Tingkat ketahanan daging pun menjadi lebih singkat. Normalnya bisa dari pagi sampai sore meski bukan di suhu dingin, namun daging gelonggong hanya bertahan beberapa jam.

“Seharusnya daging dari pagi sampai sore kalau tidak diletakkan di lemari es itu masih baik, tetapi kalau gelonggong empat jam sudah tidak bagus, sudah berlendir,” jelasnya lagi.

Ciri lain, biasanya harga daging gelonggong dijual lebih murah dari pasaran. Meski ada pula pedagang yang menjajakan dengan harga standar agar punya keuntungan lebih besar.

Sementara jika daging gelonggong sudah terlanjur dikonsumsi, ciri-ciri gejala yang muncul berupa diare, mual, dan pusing.

“Kalau airnya yang dipakai kotor maka mengandung (bakteri) E. Coli maupun Salmonella bisa menyebabkan diare. Kemudian daging yang diberi air itu mudah busuk dan rusak sehingga tidak baik untuk kesehatan, bisa mual, pusing,” tambahnya.

Aris menyebut, akan mensosialisasikan pengertian ini kr masyarakat dan pedagang daging.

“Kami sosialisasi, kamis ke pedagang daging di lapak-lapak kami undang agar ikut sosialisasi di RPH. Edukasinya soal penjualan daging. Kemudian kami juga menggelar sosialisasi kepada ibu-ibu diundang ke kecamatan, soal pemilihan daging yang baik. Kamis tanggal 31,” tandasnya.

Sekedar diketahui, upaya ini dipicu temuan tim monitoring Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan (PD RPH) soal adanya pedagang daging sapi mencampur dagangannya, daging baik dengan daging gelonggongan.

Hasil temuan Sabtu (26/8/2023) dini hari di pasar Jalan Pegirian itu masih dipastikan melalui cek laboratorium, kebenaran dugaan daging gelonggongan. (lta/saf/ipg)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya
Surabaya
Selasa, 21 Mei 2024
30o
Kurs