Sabtu, 27 Juli 2024

Disc Jockey Asal Surabaya Naik Haji, Ingin Tobat Sepulang Tanah Suci

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Ali Topan (45) jurnalis dan disc jockey (DJ) asal Surabaya yang menunaikan ibadah haji pada tahun ini. Foto: Ali Topan untuk suarasurabaya.net

Ali Topan (45) menjadi salah satu jemaah asal Surabaya yang menjalankan ibadah haji tahun ini. Pria yang berprofesi sebagai jurnalis dan disc jockey (DJ) ini mengisahkan bagaimana ia bisa ke Tanah Suci.

Dilansir dari laman resmi Kementerian Agama (Kemenag), Ali mengungkapkan bahwa niatnya berangkat ke Tanah Suci sudah lama. Namun baru terlaksana tahun ini.

Ali mengaku mendaftar haji sejak 2011. Ia harus mengantre. Tekad kuatnya untuk menjadi tamu Allah membuatnya harus rela menabung. Beruntung Ali punya keterampilan lain selain menjadi jurnalis, yakni disc jockey.

“Alhamdulillah setelah menunggu 13 tahun, keturutan,” ujarnya pria asal Surabaya tersebut.

Selama 13 tahun menunggu, Ali mengaku menemui banyak cobaan. Bahkan ia nyaris tak bisa melunasi biaya haji tepat waktu.

“Saya ini hampir 99 persen gagal. Pokoknya sedih, nangis gara-gara administrasi. Duit tidak cukup. Tapi saya yakin kalau Allah memanggil, pasti berangkat,” katanya.

Ceritanya pada 2024 ia mendapat surat pemberitahuan waktu pelunasan biaya haji. Diberitahukan bahwa pelunasan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Bipih) bisa dilakukan mulai 7 sampai 12 Februari 2024.

Kebetulan ketika ada pemberitahuan itu dirinya sama sekali tidak punya uang. Ali akhirnya harus pinjam sana sini agar bisa melunasi biaya itu.

Ali lega bisa dapat pinjaman. Namun masalah muncul lagi saat ia datang ke Bank Syariah Indonesia (BSI) pada 12 Februari 2024. Saat datang akan melunasi, Ali ditolak karena masalah administrasi.

Masalahnya karena ia belum punya surat medical check up (MCU) dari rumah sakit. Padahal saat itu dalam hitungan jam layanan bank bakal ditutup.

Teller bank bilang pelunasan ditutup hingga pukul 15.00 WIB,” ujar bapak dua anak ini.

Tak butuh berpikir lama, Ali langsung mendatangi Puskesmas meminta surat kesehatan. Surat itu langsung disodorkan ke BSI, namun ditolak karena yang dibutuhkan MCU bukan surat keterangan sehat.

Dalam cuaca terik Surabaya itu akhirnya Ali ke klinik untuk MCU. Tapi klinik bilang hasil MCU baru bisa keluar jam 16.00. “Lemes aku, cak..! Berarti bukan takdir saya naik haji, ya sudahlah,” ujarnya.

Ali tidak berdaya. Ia berniat mengembalikan uang pinjaman dari temannya. Tiba-tiba keajaiban datang. Kementerian Agama (Kemenag) membuat edaran, pelunasan BIPIH diperpanjang hingga 24 Februari. Ali plong, lega. “Waktu itu saya yakin berangkat,” ujarnya.

Kemudian, menjelang pelunasan yang diperpanjang itu, tiba-tiba anaknya sakit. Satu anaknya lagi juga butuh biaya untuk mendaftar sekolah.

Terpaksa uang yang rencananya digunakan untuk melunasi Bipih dicuil sedikit untuk anak-anaknya itu. Akibatnya pas pelunasan teller bank bilang duit yang ada di rekening masih kurang.

Teller bilang, bank akan ditutup jam 15.00. Tapi demi Ali, mereka akan rela menunggu sampai kekurangannya tercukupi. Ali sudah tidak tahu harus berbuat apa.

Di saat Ali tak bisa berpikir, keajaiban datang, seorang temannya yang hampir tujuh tahun tidak pernah bertemu, meneleponnya. Setelah tanya kabar, Ali menceritakan kondisinya. Tanpa pikir panjang, sang kawan langsung membantu menutup biaya pelunasan itu.

Ali lega, cobaan bertubi-tubi itu akhirnya berakhir. Keinginan untuk berkunjung ke Baitullah akhirnya terkabul. Bahkan ia diminta menjadi ketua regu rombongan 7 yang berangkat dari embarkasi Surabaya-Asrama Haji Sukolilo (SUB-17).

Ali punya misi khusus berangkat ke Tanah Suci. Yakni pertaubatan dan mendoakan salah satu anaknya yang “spesial”. Di Makkah itu, ia bertekad untuk mendoakan anaknya yang kini berusia 21 tahun di Multazam.

Ali ingin anaknya yang sekarang belajar di sekolah khusus di Surabaya, bisa hidup normal selayaknya orang lain. “Saya ingin minta ke Allah anak bisa hidup normal seperti orang pada umumnya,” kata Ali.

Selama ini Ali merasa berbuat dosa, oleh karenanya ia ingin bertobat. “Saya ingin seperti bayi lagi setelah pulang dari Tanah Suci,” kata Ali.

Ia mengatakan, DJ yang naik haji itu sangat banyak. DJ itu hanya pekerjaan saja yang kebetulan memang banyak bersinggungan dengan dunia malam. Tapi ia berjanji pada diri sendiri setelah pulang bakal menjadi lebih baik lagi.

“Setelah pulang saya mau pensiun. Main DJ di rumah saja,” katanya. (saf/iss)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Pipa PDAM Bocor, Lalu Lintas di Jalan Wonokromo Macet

Perahu Nelayan Terbakar di Lamongan

Surabaya
Sabtu, 27 Juli 2024
26o
Kurs